Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

on Selasa, 18 Oktober 2011

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saluran pernafasan adalah organ tubuh mulai dari hidung sampai dengan gelembung paru, serta organ-organ disekitar seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Walau sebagian besar infeksi pernafasan atas umumnya ringan, seperti batuk dan pilek yang tidak memerlukan pengobatan dengan menggunakan antibiotik pada orang dewasa dan lansia, tapi sebaliknya pada anak-anak akan semakin menderita karena akan mengalami pneumoni jika infeksi paru ini tidak kunjung diobati dengan antibiotik. Pada akhirnya, penyakit ini dapat menyebabkan kematian bagi penderitanya.
Program Pemberantasan Penyakit (P2) membagi ISPA menjadi dua golongan, yaitu pneumonia dan bukan pneumonia. Pneumonia pun dibagi menjadi dua berdasarkan derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan tidak berat.
Penyakit ringan seperti batuk dan pilek, atau rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit saluran pernafasan atas lainnya diklasifikasikan bukan pneumonia. Umumnya penyakit ini tidak membutuhkan antibiotik, kecuali faringitis bila ditemukan pada balita dan radang telinga akut.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara Penularan ISPA
2. Untuk mengetahui Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas
3. Untuk mengetahui Tanda-Tanda Infeksi Pernafasan Atas
4. Untuk mengetahui Faktor resiko yang mempengaruhi ISPA
5. Untuk mengetahui Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
6. Untuk mengetahui Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
7. Untuk mengetahui Pencegahan Infeksi Pernafasan Atas.
C. Manfaat
1. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang ISPA
2. Menambah kepustakaan akademi
3. Memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan.


BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi kemakanaanya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya (Nelson, 2000).
Sebagian besar penyakit pada anak-anak adalah infeksi, sebagian besar infeksi ini terjadi pada saluran nafas, sebagian besar adalah ISPA, kebanyakan adalah virus. Ispa dapat mencetus kejang demam, dan serangan asma (lectur, 2002).
Dinding dan seluruh sistem pernapasan dilapisi oleh mukosa yang saling berhubungan sehinga infeksi yang terjadi disuatu tempat dengan mudah bisa mempengaruhi bagian saluran pernapasan atas lainnya. ISPA juga menjadi alasan utama mengapa pasien lebih memilih perawatan ambulatory atau rawat jalan. Oleh karena itu menjadi penting bahwa perawat perlu dipersiapkan untuk memberikan perawatan terbaik, memberikan penyuluhan dan informasi mengenai obat- obatan kepada pasien. Meskipun teknologi kedokteran telah berkembang sedemikian pesatnya, namun pertanyaan-pertanyaan klinis yang umum untuk penyakit ISPA selalu mementingkan pada strategi yang efektif untuk pencegahan, diagnosa dan perawatan (Carlene, 2001).

B. Penularan ISPA
Penularan ISPA biasanya melalui medium kontak langsung seperti air ludah, darah, bersin, udara pernafasan. Karena itu penderita penyakit infeksi pernafasan atas diharuskan untuk memakai masker untuk menghindari penularan lebih lanjut kepada orang lain.

C. Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas
Infeksi saluran pernafasan atas yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak-anak karena sistem imun yang kurang kuat karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, dan juga karena tidak adanya persediaan atau kelebihan pemakaian antibiotik. ISPA pada anak-anak pun seringkali terjadi akibat kurangnya gizi dan lingkungan yang kurang higienis.
D. Tanda-Tanda Infeksi Pernafasan Atas
Biasanya tanda-tanda infeksi pernafasan atas dimulai dengan adanya keluhan dan gejala ringan, tapi dapat berangsur-angsur menjadi semakin parah dan bisa menyebabkan kegagalan pernafasan dan bahkan meninggal dunia. Sebaiknya penderita yang masih mengalami gejala ringan segera ditangani karena bila terlambat bisa menyebabkan kematian akibat sulitnya penanganan. Tanda-tanda ISPA dapat dilihat dari tanda klinis dan tanda laboratoris.
1. Tanda Klinis ISPA
a. Pada sistem respiratorik: tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.
b. Pada sistem cardial: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi dan cardiac arrest.
c. Pada sistem cerebral: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.
d. Pada hal umum: letih dan berkeringat banyak.
2. Tanda Laboratoris ISPA
a. hypoxemia,
b. hypercapnia
c. acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

3. Tanda Pada Anak Umur 2 Bulan s/d 5 Tahun
a. tidak bisa minum
b. kejang
c. kesadaran menurun
d. stridor dan gizi buruk
4. Tanda Pada Bayi Umur Kurang Dari 2 Bulan
a. Bayi umumnya kurang bisa minum sampai dengan setengah volume biasanya
b. Kejang
c. Kesadaran menurun
d. stridor
e. Wheezing
f. demam dan dingin
E. Faktor resiko yang mempengaruhi ISPA
1. Faktor resiko yang meningkatkan insiden pneumonia
a. Umur < 2 bulan
b. Laki-laki
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tidak mendapat ASI memadai
f. Polusi udara
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Imunisasi yang tidak memadai
i. Membedong anak (menyelimuti berlebihan)
j. Defisiensi vitamin A

2. Faktor resiko yang meningkatkan angka kematian pneumonia
a. Umur < 2 bulan
b. Tingkat sosial ekonomi rendah
c. Gizi kurang
d. Berat badan lahir rendah
e. Tingkat pendidikan ibu yang rendah
f. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah
g. Kepadatan tempat tinggal
h. Imunisasi yang tidak memadai
i. Menderita penyakit kronis
3. Faktor lingkungan
a. Pencemaran udara dalam rumah
Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena bayi dan anak balita lebih lama berada di rumah bersama-sama ibunya sehingga dosis pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Hasil penelitian diperoleh adanya hubungan antara ISPA dan polusi udara, diantaranya ada peningkatan resiko bronchitis, pneumonia pada anak-anak yang tinggal di daerah lebih terpolusi, dimana efek ini terjadi pada kelompok umur 9 bulan dan 6 – 10 tahun.


b. Ventilasi rumah
Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut
1) Mensuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan.
2) Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zat-zat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.
3) Mensuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang.
4) Mensuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan.
5) Mengeluakan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal.
6) Mendisfungsikan suhu udara secara merata.
c. Faktor perilaku
Faktor perilaku dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit ISPA pada bayi dan balita dalam hal ini adalah praktek penanganan ISPA di keluarga baik yang dilakukan oleh ibu ataupun anggota keluarga lainnya. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya.
Peran aktif keluarga/masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga. Hal ini perlu mendapat perhatian serius oleh kita semua karena penyakit ini banyak menyerang balita, sehingga ibu balita dan anggota keluarga yang sebagian besar dekat dengan balita mengetahui dan terampil menangani penyakit ISPA ini ketika anaknya sakit.
Keluarga perlu mengetahui serta mengamati tanda keluhan dini pneumonia dan kapan mencari pertolongan dan rujukan pada sistem pelayanan kesehatan agar penyakit anak balitanya tidak menjadi lebih berat. Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan dengan jelas bahwa peran keluarga dalam praktek penanganan dini bagi balita sakit ISPA sangatlah penting, sebab bila praktek penanganan ISPA tingkat keluarga yang kurang/buruk akan berpengaruh pada perjalanan penyakit dari yang ringan menjadi bertambah berat.
Dalam penanganan ISPA tingkat keluarga keseluruhannya dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: perawatan penunjang oleh ibu balita; tindakan yang segera dan pengamatan tentang perkembangan penyakit balita; pencarian pertolongan pada pelayanan kesehatan.
F. Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Perawatan ini dapat dilakukan sendiri oleh ibu di rumah untuk mengatasi penyakit bayi atau anaknya yang mengalami ISPA:
1. Mengatasi panas atau demam
Untuk anak-anak umur 2 bulan s/d 5 tahun demam dapat ditangani dengan memberikan obat parasetamol atau kompres. Dosis parasetamol yang sesuai adalah 4x tiap 6 jam dalam 2 hari. Untuk memudahkan pemberian obat, tablet parasetamol bisa digerus terlebih dahulu. Bila ingin mengompres, dibutuhkan kain bersih yang dicelupkan ke air (tidak perlu menggunakan air es).
2. Mengatasi batuk
Memberikan obat batuk tradisional yang bisa dibuat sendiri, yaitu jeruk nipis setengah sendok teh campurkan dengan kecap/madu setengah sendok teh. Ramuan ini diberikan 3x sehari.
3. Makanan
Berikan makanan dengan kualitas gizi yang cukup, sedikit-sedikit tapi diulangi lebih sering daripada biasanya jika muntah. ASI pada bayi tetap diberikan.

4. Minuman
Berikan cairan berupa air putih, buah lebih banyak daripada biasanya untuk mengencerkan dahak dan menambah cairan bagi yang kekurangan cairan.
5. Gaya Hidup
a. Jangan memakai pakaian/selimut yang tebal.
b. Pada penderita pilek, selalu bersihkan hidung dari ingus – ini akan mempercepat penyembuhan dan bisa menghindari komplikasi yang mungkin muncul.
c. Usahakan untuk mendapatkan ventilasi yang cukup dan mencegah adanya asap yang dihirup, tidak terkecuali melarang orang tua merokok di sekitar anak
G. Pencegahan Infeksi Pernafasan Atas
Selalu lebih baik untuk mencegah daripada mengobati bukan? pencegahan infeksi saluran pernafasan atas dapat dilakukan sendiri dengan:
1. Menjaga asupan gizi yang baik
2. Mendapatkan imunisasi
3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar
4. Mencegah sang anak berhubungan dengan penderita infeksi saluran pernafasan akut


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi Saluran Pernapasan Akut merupakan keadaan infeksi anak paling lazim, tetapi kemakanaanya tergantung frekuensi relatif dari komplikasi yang terjadi pada anak. Sindrom ini lebih luas dari pada orang dewasa. Biasanya anak dengan ISPA mengalami penurunan nafsu makan tetapi tindakan memaksa dia untuk makan hidangan tidak ada gunanya (Nelson, 2000).
Adapun cara Penularan ISPA, Penyebab Infeksi Saluran Pernafasan Atas, Tanda-Tanda Infeksi Pernafasan Atas, Faktor resiko yang mempengaruhi ISPA, Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut, Perawatan Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan Pencegahan Infeksi Pernafasan Atas.

B. Saran
Bagi pembaca semoga makalah ini bisa bermanfaat dan bisa dijadikan sebagai acuan untuk penyusunan makalah selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Aditama , T. 1999. Polusi Udara dan Kesehatan. Jakarta : Arcan.
Alsagaff, H dan Mukty, A. 2006.Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.
Anderson, ET dan Judith, Mc.F. 2006.Keperawatan Komunitas Teori dan Praktek. Jakarta: EGC.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, S. 2003. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

0 komentar:

Posting Komentar