Laporan Kegiatan Praktikum Pemeriksaan Golongan Darah, Penetapan HCG DenganTeknik IMUNOKROMATOGRAFI, GLukosa Dalam Darah Urin Rutin

on Kamis, 18 Agustus 2011

BAB II
1. Judul
Pemeriksaan Golongan Darah
2. Tanggal praktikum
6 Agustus 2011
3. Tujuan
Menentukan golongan darah seseorang dengan sistem A-B-O.
4. Dasar teori
Golongan darah pada hakekatnya adalah upaya untuk mengetahui antigen apa saja yang terdapat di permukaan sel darah.
Dr. Karl landstiiner tahun 1900, memperkenalkan 4 macam golongan darah yaitu : A,B,AB dan O, hal tersebut berdasarkan karena darah memiliki 2 faktor yaitu :
a. Antigen : ditemukan pada permukaan eritrosit
b. . Antibodi : terdapat dalam plasma ( serum yang sifatnya dapat menghancurkan antigen )
Golongan Darah ABO
Golongan Darah Eritrosit Plasma ( Serum )
A Antigen A Antibodi B (anti B)
B Antigen B Antibodi A (anti A)
O Tidak ada Antigen Antibodi A, B (anti AB)

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengunakan kaca objek. Dengan cara darah ditaruh diatas kaca objek. Lalu darah tersebut ditetesi dengan reagen Anti A disebelah kiri dan Anti B di sebelah kanan dan dicampur dengan ujung lidi. Kemudian amati, apakah ada gumpalan darah atau tidak.

6. Alat dan bahan
a. Bahan : darah, reagen anti A, anti B
b. Alat : kaca objek, spuit 3cc, kapas alkohol
7. Cara kerja
a. Ambil darah vena
b. Letakan satu tetes reagen anti A di sebelah kiri dan 1 tetes reagen anti B disebelah kanan
c. Setetes kecil darah diteteskan kepada kedua reagen tersebut dan di campur dengan ujung lidi

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus :Pradini Hikmawati
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hasil pemerisaan :golongan darah B
Pembahasan
Pemeriksaan golongan darah memakai antibodi terhadap antigen yang hendak diketahui. Contoh :
Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen A, maka sel darah merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen A, atau yang sering kita kenal dengan sebutan anti-A
a. Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah merah menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A. Sel darah merah tersebut digolongkan sebagai sel darah merah A
b. Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A. Sel darah merah tersebut tidak digolongkan sebagai sel darah merah A
Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen B, maka sel darah merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen B, atau yang sering kita kenal dengan sebutan anti-B
a. Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah merah menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen B. Sel darah merah tersebut digolongkan sebagai sel darah merah B
b. Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen B. Sel darah merah tersebut tidak digolongkan sebagai sel darah merah B
Bila sel darah merah menggumpal pada saat direaksikan dengan anti-AB, berarti di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A dan B. Sel darah merah ini digolongkan sebagai sel darah merah AB.
Bila sel darah merah tidak menggumpal pada saat direaksikan dengan anti-AB, berarti di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A dan B. Sel darah merah ini digolongkan sebagai sel darah merah O
Antisera Hasil reaksi Golongan darah
Anti-A Positif A
Anti-B Positif B
Anti-AB Positif AB
Anti-A dan anti-B Negatif O

9. Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan golongan darah pada Nn. P dengan hasil golongan darah B. Dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Anti A Anti B Gol Darah
- +



1. Judul
Pemeriksaan Penetapan HCG dengan Tehnik Imunokromatografi

2. Tanggal praktikum
6 Agustus 2011

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar HCG
b. Sebagai salah satu diagnosa kehamilan

4. Dasar teori
Human chorionik gonadotropin(HCG)merupakan glikoprotein yang terdiri dari asam amino. Pada minggu pertama kehamilan kadar hormon HCG meningkat dua kali lipat setiap 1,7 – 2 hari. Puncak kadar HCG akan tercapai dalam pertengahan trisemester pertama dan selanjutnya akan mengalami penurunan kembali. Semua sifat sifat khas HCG memungkinkan diagnosis kehamilan beberapa hari sebelum gejala pertama muncul atau menstruasi terlambat.
HCG di hasilkan oleh jarigan trofoblas . sekresi hormon HCG secara epat akan meningkat setelah implantasi dan mencapai maksimum 7 hari setelah ovulasi.kadar HCG kemudian menurun pada minggu ke 16 setelah ovulasi, dan kadaan ini akan terus berlanjut hingga waktu persalinan. Fungsi utama hormon HCG adalah mendukung korpus luteum pada akhir menstruasi dan menyebabkan korpus luteum mensekresi lebih banyak ostrogen dan progesteron. HCG juga meningkatkan ukuran korpus luteumdan merangsang sel interstitiel .

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengunakan testrip. Dengan cara testrip dicelupkan ke dalam urin dan tidak boleh melebihi tanda garis pada testrip. Tunggu selama 5 menit lalu baca hasilnya. Jika hasil menunjukkan 1 garis merah pada testrip maka hasilnya negatif. Sedangkan apabila pada testrip menunjukkan 2 garis merah, maka hasilnya positif. Dan apabila tidak ditemukan garis merah, artinya reagen rusak atau kadar HCG lebih kecil dari 50 iu/dl.


6. Alat dan bahan
a. Alat : tempat urin
b. Bahan : sampel urin wanita hamil, trestip acon (antigen hCG)

7. Cara kerja
a. Tuangkan urin pada tempatnya
b. Testrip di buka, kemudian di celupkan ke dalam tempat yang berisi urin
c. Hasil di baca setelah beberapa menit

8. Hasil dan pembahasan
Nama Probandus : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemerisaan : Positif hamil
Dalam praktikum kali ini kami menggunakan urin pagi karena urin pagi lebih akurat di bandingkan dengan sampel urin yang lainya. Pada percobaan kali ini kami lakukan uji tes kehamilan berdasarkan atas adanya Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine wanita hamil, setelah dilakukan tes Hormon Chorionic Gonadotropin, dan diketahu bahwa pada Ny. Al hamil. Ditandai dengan adanya 2 strep (garis) warna merah pada alat tes kehamilan HCG.
Tes ini dilakukan dengan cara mencelupkan alat tes kehamilan HCG sampai garis batas, yang biasa dikenal dengan test pack ke dalam urine wanita hamil selama 30 – 60 detik. Lalu dikeluarkan dan membaca hasilnya setelah didiamkan selama 1 – 3 menit. Jika terdapat dua strep/garis merah, itu berarti positif ( + ) hamil, dan jika hanya terdapat satu strep/garis merah, berarti negative ( - ) / tidak hamil.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
Pada Ny. Al diketahui adanya kehamilan berdasarkan tes Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang mendeteksi adanya hormon HCG dalam urin wanita hamil tersebut dan alat tes kehamilan tersebut menujukan 2 garis.
1. Judul
Pemeriksaan glukosa darah
2. Tanggal praktikum
6 agustus 2011
3. Tujuan
untuk mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP
4. Dasar teori
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh
Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.


5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan alat glucosure yang dimasukki stik glukosa kemdian ditetesi dengan darah samapi batas yang ditentukan dan tunggu hasilnya keluar. Kadar glukosa yang normal yaitu 80-120gr/dl.

6. Alat dan bahan
a. Alat :glocusure digital, lancet steril, kapas alkohol, dan stik glokusa
b. Bahan : sampel darah perifer

7. Cara kerja
a. Masukan stik glokusa pada alat glucosure
b. Jari tangan di sterilkan dengan kapas alkohol
c. Teteskan darah yang keluar pada stik glokusa
d. Baca hasil pemeriksaan

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus : Pradini Hikmah Rahayu
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan : 74 gr/dl
Dalam praktikum ini, kami menggunakan darah vena. Pada percobaan kali ini kami lakukan uji kadar gula dalam darah dan diketahui bahwa pada Sdri. Pradini Hikmah dalam keaadan normal. Ditandai dengan hasil pemeriksaan yang menunjukkan hasil 74 gr/dl.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan darah ke stik glukosa sesuai dengan kebutuhan. Lalu tunggu hasil dan membaca hasilnya setelah alat tersebut menunjukkan hasil. Apabila kadar glukosa darah itu menujukkan 80-120g/dl, maka dikatagorikan normal.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada Sdri. Pradini Hikmah diketahui kadar glukosa dalam darahnya adalah 74gr/dl. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darahnya kurang dari normal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi probandus yang sedang menjalankan puasa.



1. Judul
Pemeriksaan Urin Rutin

2. Tanggal praktikum
6 agustus 2011

3. Tujuan
Untuk mengetahui warna urin, kejernihan urin, bau urin, reaksi dan pH urin, serta protein dan reduksi.

4. Dasar teori
Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh karena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.Pemeriksaan urin merupakan salah satu pemeriksaan rutin yang banyak diminta oleh dokter atau pada pemeriksaan kesehatan umum (General Check Up). Pemeriksaan urin dilakukan melalui 2 tahap yang saling melengkapi, yaitu:
a. Makroskopis
b. Mikroskopis (Sedimen Urin)
Pemeriksaan urin kurang mendapat perhatian, namun ternyata mempunyai makna diagnosis yang pentingSelama ini pemeriksaan urin dilakukan secara konvensional (manual). Oleh karena itu hasil pemeriksaan urin memiliki variasi sangat besar, tergantung dari kecakapan subyek yang mengerjakannya. Dengan perkembangan teknologi, dimungkinkan suatu metode pemeriksaan urin yang lebih baik dan terstandarisasi menggunakan metode otomatis.
Pemeriksaan kimia urin dan sedimen secara manual memiliki tingkat subjektifitas yang jauh lebih besarSedangkan pengerjaan secara konvensional dengan pelaporan semi kuantitatif, dikembangkan metode Kova yang memberikan hasil kuantitatif, meskipun masih dikerjakan secara manual.Saat ini telah tersedia alat kimia dan sedimen urin otomatis yang memberikan hasil kuantitatif, lebih cepat dan terstandarisasi sehingga diharapkan akan memudahkan interpretasi dengan hasil yang lebih teliti dan lebih tepat, kecuali bila pada pada keadaan memerlukan yang konfirmasi dilakukan secara manual

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengamati warna urin, kejernihan, reaksi dan pH, serta protein dan reduksi. Warna urin normal antara kuning muda dan kuning tua. pH normal urin adalah 4,6-8,0.

6. Alat dan bahan
a. Alat : Tempat urin, indikator pemeriksaan urin,
b. Bahan : Sampel urin sewaktu

7. Cara kerja
a. Siapkan urin pda tempatnya
b. Masukan indikator pemeriksaan urin
c. Setelaah beberapa menit samakan warana warna yang ada

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus : Setya Wening
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan dan Pembahasan :
Pada percobaan sifat-sifat urin, urin yang kami gunakan adalah urin sewaku. Beberapa sifat-sifat yang kami amati adalah warna, bau, buih, pH, glukosa dan protein.
Sifat yang pertama kami amati adalah bau dari urin, dan baunya adalalah khas. Sifat ke dua yang selanjutnya kami amati adalah warna urin. Warna dari urin tersebut adalah kuning tua, hal itu di sebabkan karena adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri dari uroflavin dan laktoflavin atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena pengaruh obat-obatan, misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya penyakit hati. Bau urin yang pesing karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Selain itu, di dalam urin yang kami amati tidak terdapat buih
Sifat yang selanjutnya kami amati adalah ph urin. Dalam menguji pH urin, digunakan indikator universal. Urin sampel memilki pH 5,0 (pH asam), dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia bervariasi dari 4,5-8,0 (urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Ekskresi urin yang pada pH berbeda dari cairan tubuh, mempunyai dampak yang penting bagi elektrolit tubuh dan penghematan asam-basa.
Sifat yang selanjutnya kami amati adalah protein dan glukosa darah. Keduanya menunjukkan hsil (-), yang artinya urin tersebut normal.

9. Kesimpulan
Dari percobaan urin ini. Di peroleh hasil bahwa warna urin adalah kuning jernih, memiliki bau khas, tidak terdapat buih, dan memiliki pH 5,0. Pada urin yang diuji oleh praktikan tidak terdapat protein urin maupun glukosa urin, hal tersebut menandakan bahwa urin dalam keadaan normal.



DAFTAR PUSTAKA


Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC
Murroy, Robert dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: ECG
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, Bambang dkk. 2005. Mandala Of Health A scientific Journal. “ Kadar Methaemoglobin Dan Stress Oksidatif Pada pasien Hiperglikemia”. Purwokerto: PPD UNSOED
READ MORE - Laporan Kegiatan Praktikum Pemeriksaan Golongan Darah, Penetapan HCG DenganTeknik IMUNOKROMATOGRAFI, GLukosa Dalam Darah Urin Rutin

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM HEMOGLOBIN, LAJU ENDAP DARAH, WAKTU PEMBUKAN DARAH DAN WAKTU PERDARAHAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
I. HEMOGLOBIN (Hb)
Haemoglobin adalah suatu protein yang membawa oksigen dan yang memberi warna merah pada sel darah merah (Barger, 1982:171). Dengan kata lain haemoglobin merupakan komponen yang terpenting dalam eritrosit.
Haemoglobin juga merupakan protein yang kaya zat besi yang memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxsihaemoglobin di dalam sel darah merah. Jumlah haemoglobin dalam darah normal ialah 15 gram setiap 100 ml darah, dan jamlah itu biasanya disebut “100persen”. Menurut Costill (1998:48), haemoglobin adalah zat yang terdapat dalam butir darah merah. Haemoglobin sebenarnya adalah merupakan protein globuler yang di bentuk dari 4 sub unit, dan setiap sub unit mengandung hame.
Hame ini di buat dalam mitokokondria dan menambah acetid acid manjadi alpha ketoglutaricacid + glicine membentuk “pyrrole compound” menjadi protopophyrine II yang dengan Fe berubah menjadi hame. Selanjutnya 4 hame bersenyawa dengan globulin membentuk haemoglobin. Menurut Poppy Kumaila dalam Kamus Saku Kedokteran Dorland (1996 :499) Haemoglobin adalah pigmen pembawa oksigen eritrosit, dibentuk oleh eritrosit yang berkembang dalam sumsum tulang, merupakan empat rantai polipeptida globin yang berbeda, masing-masing terdiri dari beberapa ratus asam amino.
Haemoglobin memerankan peranan penting dalam pengangkutan oksigen selama ia dapat kembali mengikat oksigen. Haemoglobin cenderung mengikat oksigen apabila lingkungannya penuh dengan oksigen dan melepaskan oksigen dalam lingkungan yang relatif rendah oksigennya. Ini berarti haemoglobin mengambil oksigen dalam paru dan melepaskan ke jaringan-jaringan seperti otot aktif. Pada orang-orang yang mengandung haemoglobin normal, kapasits darahnya membawa oksigen kira-kira 20 mL oksigen per 100 mL darah. Hampir alam semua keadaan, darah mengandung banyak sekali oksigen ketika bergerak melalui paru.
II. LAJU ENDAP DARAH
Laju Endap Darah (LED) atau dalam bahasa inggrisnya Erythrocyte Sedimentation Rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur dengan memasukkan darah kita ke dalam tabung khusus selama satu jam. Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi Laju Endap Darah (LED)-nya.
Tinggi ringannya nilai pada Laju Endap Darah (LED) memang sangat dipengaruhi oleh keadaan tubuh kita, terutama saat terjadi radang. Namun ternyata orang yang anemia, dalam kehamilan dan para lansia pun memiliki nilai Laju Endap Darah (LED) yang tinggi. Jadi orang normal pun bisa memiliki Laju Endap Darah (LED) tinggi, dan sebaliknya bila Laju Endap Darah (LED) normalpun belum tentu tidak ada masalah. Jadi pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) masih termasuk pemeriksaan penunjang, yang mendukung pemeriksaan fisik dan anamnesis dari sang dokter.
Bila memang Fe-nya yang turun tentunya harus cukup mengkonsumsi tablet besi (Sulfusferrosus). Sekarang bentuknya tablet berbagai ragam. Ada yang disatukan dengan Effervescent, atau dengan Vitamin B, dan sebagainya. Sedangkan bila kadar proteinnya yang turun, tentunya harus konsumsi makanan atau minuman tinggi protein. Ini pun bentuknya sudah beragam, ada yang berbentuk susu, berbentuk minuman bertenaga dan yang paling banyak mungkin berbentuk makanan lauk-pauk sehari-hari.
III. WAKTU PENDARAHAN
A. Prosedur Pekerjaan
1. Menentukan Nilai Hematokrit
a) Memasukan darah ke dalam mikro kapiler hematokrit yang susah mengandung anti koagulan(mikro kapiler warna merah), menutup salah satu ujung kapiler dengan kristoseal
b) Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut di centrifuge dengan kecepatan 3000rpm selama 15 menit
c) Membaca volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler (mikro capillery reader atau skala hematokrit) yang disediakan
d) Menghitung nilai hematokrit
Nilai Hematokrit = volume sel-sel darah X 100 %
volume darah
2. Penentuan Waktu Pendarahan
Menusuk ujung jari vaccinostyle steril kemudian mencatat dengan tepat waktu saat arah pertama keluar, mengisap tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi dan mencatat waktunya.
C. Penentuan Waktu Pembekuan Darah
1. Menusuk ujung jari, tetes darah yang keluar diisap ke dalam pipa mikro kapiler yang tidak berheparin (mikro kapiler warna biru). Mencatat dengan tepat saat tetes darah masuk kapiler.
2. Menggenggam mikro kapiler dengan tangan selama 15 menit. Setelah itu mematahkan sdikit demi sedikit kapiler tersebut setiap satu menit sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya
3. Mencatat waktu pada saat terjadi benang fibrin. waktu antara penghisapan darah kedalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah waktu pembekuan.
a. Penentuan Waktu Pendarahan
Dalam menentukan waktu pendarahan menggunakan stopwatch, didapatkan data bahwa waktu pendarahannya adalah selama 8,82 detik
b. Penentuan Waktu Pembekuan Darah
Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit.
c. Pembahasan
Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%.
Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap.
Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm,panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan volumenya ialah 1 ml. pada cara mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa koagulan. Tabung kapiler dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai bila menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena (Wirawan,dkk 2000). Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit.
Nilai normal dalam hematokrit adalah:
a. Pria : 47 +/- 7 %
b. Wanita : 42 +/- 5 %
c. Bayi baru lahir : 54 +/- 10 %
d. bayi 3 bulan : 38 +/- 6 %
e. bayi 3-6 tahun : 40 +/- 4 %
f. 10 – 12 tahun : 41 +/- 4 %
Pada percobaan, praktikan menggunakan sampel darah wanita dan mendapat data hematokrit sebesar 44, artinya wanita tersebut memiliki nilai hematokrit normal untuk darahnya.
Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat. Pada percobaan dalam praktikum, praktikan menghitung waktu pendarahan menggunakan stopwatch.
Waktu pembekuan adalah waktu yang diperlukan dari saat darah keluar sampai berbentuk benang fibrin pada proses pembekuan darah. Pada penderita hemofilia darah sukar sekali membeku. Hemofilia, yaitu penyakit yang mengakibatkan darah sukar membeku. Jika si penderita mengalami luka ringan, dapat mengakibatkan pendarahan yang serius. Dalam praktikum yang lalu, Waktu pembekuan darah yaitu 13,3 menit.
Vitamin K berperan penting dalam proses pembekuan darah serta mencegah perdarahan. Kekurangn vitamin K bisa meningkatkan risiko perdarahan tidak terkontrol. Vitamin K mengontrol proses pembekuan darah karena berkaitan langsung dengan prothrombin, plasma protein yang diubah menjadi thrombin selama proses pembekuan darah. Thrombin ini selanjutnya akan mengubah fibrinogen menjadi fibrin, protein yang tidak larut air yang akan memampatkan pengentalan darah. Jika tidak ada vitamin K maka prothrombin tidak akan terbentuk. Kekurangan prothombin akan mengurangi jumlah thrombin yang sangat bereperan dalam proses pembekuan darah. Kekurang thrombin akan meningkatkan kecenderungan tubuh mengalami perdarahan jika mengalami luka.

BAB II
ISI
A. HAEMOGLOBIN
1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011
2. Tujuan : Untuk mengetahui kadar hemoglobin pada seseorang.
3. Dasar Teori
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) yang fungsinya antara lain :
a. Mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dan jaringan ke paru-paru
b. Memberi warna merah pada darah
c. Mempertahan kan keseimbangan asam basa dalam tubuh
Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Pada setiap tetramer Hb mampu mengikat 4 atom oksigen yang terikat pada atom ferro ( Fe 2+ ) dalam hem. Hemoglobin yang berikatan dengan oksigen disebut oksihemoglobin ( HbO2 ) sedang yang telah melepaskan oksigen disebut deoksihemoglobin ( HbCO ) jika Hb mengikat gas CO hasil pembakaran yang tidak sempurna. Ikatan Hb dengan CO, 200 kali lebih kuat disbanding ikatan Hb dengan oksigen. Dalam keadaan tertentu, Hb juga dapat berikatan sehingga besi teroksidasi ( Fe3+ ) membentuk methemoglobin ( Met Hb atau Hb ( Fe3+ ). Hb dalam bentuk MetHb akan menyebabkan kemampuan mengikat oksigennya menjadi hilang. Beberapa derivate hemoglobin satu sama lain dapat dibedakan dengan cara pengenceran. HbO2 pada pengenceran terlihat berwarna merah kekuningan, HbCO berwarna merah terang ( carmine tint ) sedang deoksihemoglobin ( Hb ) berwarna kecoklatan.
4. Prinsip
Hemoglobin dengan larutan K2Fe ( CN )6 berubah menjadi methemoglobin kemudian menjadi hemoglobin sianida ( HiCN ) oleh KCN dengan absorbansi maksimum pada 540 nm. Pengaturan pH dilakukan dengan menambah KH2FO4, untuk mempercepat lisis eritrosit dan mengurangi kekeruhan HiCN ditambah non ionic detergent. Absorbansi warna berbanding lurus dengan konsentrasi Hb.
5. Bahan dan Alat
a. Bahan : darah kapilerm darah vena-EDTA, akuabides dan reagen sianmethemoglobin
b. Alat : Erlenmeyer, tabung reaksi, spektrofotometer.
6. Cara Kerja
a. Disiapkan 3 tabung reaksi seukuran 5 ml masing-masing diberi label reagen blanko ( RB ) Reagen standarr ( RTD ) dan Reagen Sampel ( RPL )
b. Tabubg RB diberi 5000 µl ( 5 cc ) Reagen Hb Cyanida
c. Tabung RTD diberi 20 µl sample darah standard an ditambah dengan 5000µl Reagen Hb Cyanida dicampur hingga homogeny
d. Tabung RPL diberi 20 µl sample darah dan ditambah dengan 5000 µl Reagen Hn Cyanida didiamkan selama 3 menit pada suhu kamar
e. Diukur absorbansi RTD dan abs ( RPL ) terhadap reagen blanko pada panjang gelombang 578 nm
Perhitungan
Hb = Abs RPL X 15 G/DL
Abs RTD
Nilai normal :
a. Wanita : 12-16 g/dl
b. Pria : 14-18 g/dl
c. Bayi : 10-15 g/dl
d. Balita : 11-14 g/dl
e. Anak-anak : 12-16 g/dl
f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl
g. Bayi belum lahir : masih mengandung Hb fetal dari plasenta
7. Hasil dan pembahasan :
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.00 WIB
c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap
d. Nama probandus : Siska Paradesa
e. Umur : 19 tahun
f. Hasil : 11,5 gr%
g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan Hb pada Nn. Siska dengan hasil normal
Kesimpulan :
Hemoglobin merupakan protein sel darah merah ( SDM ) Hemoglobin mengandung protein globin yang berkaitan dengan hem ( senyawa besi protein ), mempunyai berat molekul 64450 dalton. Di dalam darah mengandung Hb antara 7,8 – 12,2 mM/l atau 12,6 – 18,4 gr/dl, tergantung pada jenis kelamin dan umur individu.
Nilai normal :
a. Wanita : 12-16 g/dl
b. Pria : 14-18 g/dl
c. Bayi : 10-15 g/dl
d. Balita : 11-14 g/dl
e. Anak-anak : 12-16 g/dl
f. Bayi baru lahir : 16-25 g/dl

B. LAJU ENDAP DARAH
1. Tanggal praktikum : 6 Agustus 2011
2. Tujuan : Untuk mengetahui sedimentasi eritrisit dalam darah.
3. Dasar Teori
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.

Pemeriksaan CRP dipertimbangkan lebih berguna daripada LED karena kenaikan kadar CRP terjadi lebih cepat selama proses inflamasi akut, dan lebih cepat juga kembali ke kadar normal daripada LED. Namun, beberapa dokter masih mengharuskan uji LED bila ingin membuat perhitungan kasar mengenai proses penyakit, dan bermanfaat untuk mengikuti perjalanan penyakit. Jika nilai LED meningkat, maka uji laboratorium lain harus dilakukan untuk mengidentifikasi masalah klinis yang muncul.
4. Prinsip kerja
Metode yang digunakan untuk pemeriksaan LED ada dua, yaitu metode Wintrobe dan Westergreen. Hasil pemeriksaan LED dengan menggunakan kedua metode tersebut sebenarnya tidak seberapa selisihnya jika nilai LED masih dalam batas normal. Tetapi jika nilai LED meningkat, maka hasil pemeriksaan dengan metode Wintrobe kurang menyakinkan. Dengan metode Westergreen bisa didapat nilai yang lebih tinggi, hal itu disebabkan panjang pipet Westergreen yang dua kali panjang pipet Wintrobe. Kenyataan inilah yang menyebabkan para klinisi lebih menyukai metode Westergreen daribada metode Wintrobe. Selain itu, International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) merekomendasikan untuk menggunakan metode Westergreen.
LED berlangsung 3 tahap, tahap ke-1 penyusunan letak eritrosit (rouleaux formation) dimana kecepatan sedimentasi sangat sedikit, tahap ke-2 kecepatan sedimentasi agak cepat, dan tahap ke-3 kecepatan sedimentasi sangat rendah.
5. Alat dan Bahan
a. Alat:
1. Tabung dan rak
2. Tusuk tabung Westergen
b. Bahan:
1. Darah vena (1,6 ml) d
2. dicampur dengan Na Sitrat 3,8% sebanyak 0,4ml
6. Cara Kerja
a. Metode Westergreen
Untuk melakukan pemeriksaan LED cara Westergreen diperlukan sampel darah citrat 4 : 1 (4 bagian darah vena + 1 bagian natrium sitrat 3,2 % atau darah EDTA yang diencerkan dengan NaCl 0.85 % 4 : 1 (4 bagian darah EDTA + 1 bagian NaCl 0.85%). Homogenisasi sampel sebelum diperiksa.
Sampel darah yang telah diencerkan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam tabung Westergreen sampai tanda/skala 0.
Tabung diletakkan pada rak dengan posisi tegak lurus, jauhkan dari getaran maupun sinar matahari langsung.
Biarkan tepat 1 jam dan catatlah berapa mm penurunan eritrosit.

Nilai Rujukan
Metode Westergreen :
Pria : 0 - 15 mm/jam
Wanita : 0 - 20 mm/jam
7. Hasil dan Pembahasan
Telah dilakukan pemeriksaan Laju Endap Darah pada:
a. Nama : Susanti
b. Umur : 21tahun
Dari pemeriksaan Laju Endap Darah, didapatkan hasil 39mm/jam (normal).
Kesimpulan :
Laju endap darah (erithrocyte sedimentation rate, ESR) yang juga disebut kecepatan endap darah (KED) atau laju sedimentasi eritrosit adalah kecepatan sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan). Sebagian ahli hematologi, LED tidak andal karena tidak spesifik, dan dipengaruhi oleh faktor fisiologis yang menyebabkan temuan tidak akurat.
Hasil normal :
a. Pria : 0 - 15 mm/jam
b. Wanita : 0 - 20 mm/jam



C. WAKTU PEMBEKUAN DARAH
1. Tannggal Praktikum : 6 agustus 2011
2. Tujuan : untuk menentukan lamanya waktu pembekuan darah.
3. Dasar Teori
Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang.
4. Prinsip Kerja :
Waktu pembekuan darah selama percobaan adalah 13, 3 menit.
5. Bahan dan Alat
- Bahan : darah
- Alat : spuit 0,5 cc, stopwatch
6. Cara kerja
a. lakukan pengisian vena dengan spui 0,5 cc
b. Darah diletakan pada kaca obyek dan hidupkan stopwatch
c. Tiap 30 detik darah diangkat dengan lidi sampai terjadi pembekuan yang ditandai dengan adanya benang fibrin
d. Catat waktu terjadinya pembekuan, hasilnya dinyatakan dalam menit nilai normal 2 – 6 menit
7. Hasil pembahasan
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.15 WIB
c. Nama probandus : Siti wahidatun
d. Umur : 18 tahun
e. Hasil : 01:36:52 menit
f. Pembahsan : Telah dilakukan pemeriksaan pembekuan darah pada Nn. Siti dengan hasil normal
g. Kesimpulan : Test waktu pembekuan digunakan untuk menentukan lamanya waktu yang diperlukan darah untuk membeku. Adanya gangguan pada factor koagulasi terutama yang membentuk tromboplastin, maka waktu pembekuan akan memanjang

D. WAKTU PERDARAHAN
1. Tanggal : 6 Agustus 2011
2. Tujuan
a. mendeteksi cacat kualitatif trombosit
b. sebagai tes pra operasi untuk menentukan respon pendarahan
3. Dasar Teori
Terjadinya perdarahan berkepanjangan setelah trauma superfisial yang terkontrol, merupakan petunjuk bahwa ada defisiensi trombosit. Masa perdarahan memanjang pada kedaan trombositopenia ( <100.000/mm3 ada yang mengatakan < 75.000 mm3), penyakit Von Willbrand, sebagian besar kelainan fungsi trombosit dan setelah minum obat aspirin.
Pembuluh kapiler yang tertusuk akan mengeluarkan darah sampai luka itu tersumbat oleh trombosit yang menggumpal. Bila darah keluar dan menutupi luka , terjadilah pembekuan dan fibrin yang terbentuk akan mencegah perdarahan yang lebih lanjut . Pada tes ini darah yang keluar harus dihapus secara perlahan lahan sedemikian rupa sehingga tidak merusak trombosit. Setelah trombosit menumpuk pada luka , perdarahan berkurang dan tetesan darah makin lama makin kecil.
Tes masa perdarahan ada 2 cara yaitu metode Duke dan metode Ivy . Kepekaan metode Ivy lebih baik, dengan nilai rujukan I 7 menit dan metode Duke dengan nilai rujukan 1 – 3 menit.
4. Prinsip Kerja
METODE DUKE
Pra Analitik
a. Persiapan Pasien: tidak memerlukan persiapan khusus
b. Persiapan sample: darah kapiler
5. Prinsip:
Dibuat luka standar pada daun telinga , lamanya perdarahan sampai berhenti dicatat.



a. Hasil yang normal
Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit dari waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga menit.
b. Abnormal hasil
Sebuah waktu perdarahan yang lebih lama dari normal hasil abnormal. Tes harus dihentikan jika pasien tidak berhenti perdarahan dengan 20-30 menit. Waktu perdarahan yang lebih lama ketika fungsi normal trombosit terganggu, atau ada angka yang lebih rendah dari normal trombosit dalam darah.
Sebuah waktu perdarahan lebih lama dari normal dapat menunjukkan bahwa salah satu dari beberapa cacat hemostasis hadir, termasuk berat trombositopenia , disfungsi trombosit, cacat pembuluh darah, penyakit Von Willebrand, atau kelainan lain.
c. Kerugian
Dengan metode Duke adalah bahwa tekanan pada pembuluh darah di daerah tusukan tidak konstan dan hasil yang dicapai kurang dapat diandalkan.
d. Keuntungan
Dengan metode Duke adalah bahwa tidak ada bekas luka tersisa setelah tes.


6. Alat dan bahan
a. Disposable Lanset steril
b. Kertas saring bulat
c. Stop Watch
d. Kapas alkohol

7. Cara kerja :
a. Desinfeksi daun telinga dengan kapas alkohol , biarkan mengering.
b. Buat luka dengan disposable lanset steril panjang 2 mm dalam 3 mm. sebagai pegangan pakailah kaca objek dibalik daun telinga dan tepat pada saat darah keluar jalankan stop watch.
c. Setiap 30 detik darah yang keluar diisap dengan kertas saring bulat tetapi jangan sampai menyentuh luka
d. Bila perdarahan berhenti , hentikan stop watch dan catatlah waktu perdarahan

Catatan :
1. Bila perdarahan 10 menit, hentikan perdarahan dengan menekan luka dengan kapas alkohol . Dianjurkan untuk diulang dengan cara yang sama atau dengan metode Ivy.
2. Digunakan untuk bayi dan anak – anak
3. Kepekaannya kurang.

7. Hasil
a. Tanggal : 6 agustus 2011
b. Waktu : 11.25 WIB
c. Tempat : AKBID Paguwarmas Maos Cilacap
d. Nama probandus : Susanti
e. Umur : 21 tahun
f. Hasil : 01:08:37 menit
g. Pembahasan : Telah dilakukan pemeriksaan waktu pendarahan pada Nn Siti denagn hasil normal.
Kesimpulan :
Sebuah waktu perdarahan normal untuk metode Ivy adalah kurang dari lima menit dari waktu menusuk sampai semua pendarahan dari luka berhenti. Beberapa teks memperluas jangkauan normal untuk delapan menit. Nilai normal untuk rentang metode template sampai delapan menit, sedangkan untuk metode template yang dimodifikasi, hingga 10 menit dianggap normal. Normal untuk metode Duke tiga menit.



DAFTAR PUSTAKA


Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC
Murroy, Robert dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: ECG
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, Bambang dkk. 2005. Mandala Of Health A scientific Journal. “ Kadar Methaemoglobin Dan Stress Oksidatif Pada pasien Hiperglikemia”. Purwokerto: PPD UNSOED


READ MORE - LAPORAN KEGIATAN PRAKTIKUM HEMOGLOBIN, LAJU ENDAP DARAH, WAKTU PEMBUKAN DARAH DAN WAKTU PERDARAHAN

KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN

on Jumat, 12 Agustus 2011


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan yang diterapkan dalam menguraikan ruang lingkup Kesehatan Reproduksi adalah pendekatan siklus hidup, yang berarti memperhatikan kekhususan kebutuhan penannganan sistem reproduksi pada setiap fase kehidupan, serta kesinambungan antar fase kehidupan tersebut. Dengan demikian, masalah kesehatan reproduksi pada setiap fase kehidupan dapat diperkirakan, yang bila tidak ditangani dengan baik maka hal ini dapat berakibat buruk pada masa kehidupan selanjutnya.

B. Tujuan
1. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase bayi
2. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase kanak - kanak
3. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Pubertas
4. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Remaja
5. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Reproduksi
6. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Klimakterium
7. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Menopause
8. Mengetahui perubahan yang terjadi pada fase Senium




C. Manfaat
Bagi mahasiswa
makalah ini dapat bermanfaat untuk mengetahui tentang tahap-tahap yang terjadi pada perubahan kesehatan wanita sepanjang siklus kehidupan.

BAB II
ISI
KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN
A. Siklus kesehatan wanita serta perubahan yang terjadi pada setiap tahapnya
Dalam kehidupannya, wanita mempunyai tahapan masa yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, pubertas, reproduksi, klimakterium, menopause dan senium.
1. Bayi
Perubahan pada bayi lahir cukup bulan :
a. Pembentukan genitalia interna telah sempurna
b. Folikel pada kedua ovarium telah lengkap
c. Genitalia eksterna telah terbentuk
d. Minggu pertama dan kedua setelah lahir, bayi masih membawa pengaruh estrogen yang didapat saat dlm kandungan. Pengaruh ini seperti :
e. Epitel vagina relative tebal dan pH vagina 5
f. 1/3 bayi perempuan endoserviksnya tidak terhenti pada ostium uteri eksternum tetapi menutupi juga sebagian dari portio servisis uteri (pseudoerosio kongenitalis)
2. Kanak-kanak
Yang khas pada kanak-kanak adalah perangsangan oleh hormon kelamin sangat kecil. Pada masa ini alat-alat genitalnya tidak menunjukkan pertumbuhan yang berarti hingga pada permulaan pubertas tetapi pengaruh hipofisis sangat terlihat pada pertumbuhan badannya. Pada masa ini sudah nampak perbedaan antara perempuan dan laki-laki terutama pada tingkah lakunya yang juga ditentukan oleh lingkungan dan pendidikan.
3. Pubertas/Remaja
Pubertas merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak ke masa dewasa. Antara kedua masa ini tidak ada batasan yang terlihat, hanya saja pada masa pubertas diawali dengan berfungsinya ovarium dan berakhir pada saat ovarium berfungsi dengan mantap dan teratur. Pada masa ini terjadi perubahan organ-organ fisik secara cepat dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaannya dan terjadi kematangan seksual atau alat-alat reproduksi.
Tahapan pubertas/remaja
a. Masa remaja awal (10-12 tahun)
1) Merasa lebih dekat dengan teman sebaya
2) Merasa ingin bebas
3) Lebih banyak memperhatikan keadan tubuhnya dan mulai suka berkhayal

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun)
1) Ingin mencari identitas diri
2) Ada keinginan untuk berkencan atau mulai tertarik dengan lawan jenis
3) Timbul perasaan cinta yang mendalam
4) Kemampuan berpikir abstrak makin berkembang
5) Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual

c. Masa remaja akhir (16-19 tahun)
1) Menampakkan pengungkapan kebebasan diri
2) Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
3) Memiliki citra terhadap dirinya
4) Dapat mewujudkan perasaan cinta
5) Memiliki kemampuan berpikir abstrak
Tanda-tanda perubahan yang terjadi pada remaja wanita
1. Perubahan fisik
2. Tanda-tanda primer
Adanya perubahan kematangan organ-organ reproduksinya yang ditandai dengan datangnya haid.Ovarium mulai berfungsi dengan matang dibawah pengaruh hormone gonadotropin dan hipofisis, folikel mulai tumbuh meski belum matang tetapi sudah dapat mengeluarkan estrogen. Korteks kelenjar suprarenal membentuk androgen yang berperan pada pertumbuhan badan. Selain pengaruh hormone somatotropin diduga kecepatan pertumbuhan wanita dipengaruhi juga oleh estrogen.
Tanda-tanda sekunder
a. Rambut
Tumbuhnya rambut pada kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkambang. Bulu ketiak dan bulu pada wajah mulai tampak setelah datang haid. Rambut yang mula-mula berwarna terang berubah menjadi lebih subur, gelap, kasar, keriting.
b. Pinggul
Pinggul berubah menjadi lebih memebesar dan membulat. Hal ini disebabkan karena membesranya tulang pinggul dan lemak dibawah kulit.
c. Payudara
Bersamaan dengan membesarnya pinggul maka payudara juga membaesar dan puting susu ikut menonjol. Disini makin membesarnya kelenjar susu maka payudara semakin besar dan bulat.
d. Kulit
Kulit menjadi semakin kasar, lebih tebal dan pori-pori lebih membesar. Tetapi kulit wanita lebih lembut daripada kulit pria.
e. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat
Kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Pada masa ini sering timbul masalah jerawat karena adanya sumbatan kelenjar keringat dan baunya menusuk pada saat sebelum dan sesudah haid.
f. Otot
Menjelang akkhir masa puber, otot menjadi semakin membesar dan kuat. Akibat akan terbentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.
g. Suara
Suara berubah menjadi merdu.
1. Perubahan kejiwaan
2. Perubahan emosi
Remaja lebih peka atau sensitif sehingga lebih mudah menangis, cemas, frustasi, bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Selain itu, mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguanatau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Pada masa ini ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, lebih suka pergi sama teman, tidak betah tinggal dirumah.
a. Perkembangan intelrgensia
Pada perkembangan ini remaja cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak dan ingin mengetahui hal-hal baru yang mendorong perilaku ingin coba-coba.
4.Reproduksi
Masa ini terpenting bagi wanita dan kira-kira berlangsung 33 tahun. Haid pada masa ini paling teratur dan memungkinkan untuk kehamilan. Tetapi setelah usia 40 tahun keatas akan mulai terjadi penurunan kesuburan atau fertilitas.
5. Klimakterium
Klimakterium bukan suatu keadaan patologik melainkan suatu masa peralihan yang normal yang berlangsung beberapa tahun sebelum dan sesudah menopause. Fase klimakterium berlangsung bertahap yaitu :
1. Sebelum menopause
Pada masa ini klimakterium kira-kira dimulai 6 tahun sebelum masa menopause. Disini, fungsi organ reproduksinya mulai turun, kadar estrogen mulai turun dan kadar hormon gonadotropin mulai meningkat sampai timbulnya keluhan tanda-tanda menopause.
2. Selama menopause
Terjadi selama berlangsungnya menopause, rentangan 1-2 tahun sebelum sampai 1 tahun sesudah menopause. Pada periode ini wanita mengalami keluhan memuncak.
3. Sesudah menopause
Masa ini berlangsung mulai 6-7 tahun ssesudah menopause. Pada saat ini kadar estrogen sudah pada titik rendah sesuai dengan keadaan senium dan disertai dengan mulai memburuknya kondisi badan.
Perubahan yang terjadi :
a) Terjadi penurunan kadar estrogen dan kadar gonadotropin mulai meningkat
b) Organ reproduksi mulai mengalami penurunan fungsi : ovarium mengecil, uterus mengecil, epitel vagina menipis.
c) Jumlah folikel menjadi hanya beberapa ribu buah saja dan lebih resisten terhadap rangsanngan gonadotropin
d) Pada usia 40 tahun lebih siklus haid mulai tidak disertai dengan ovulasi
e) Terjadi perubahan kesuburan seorang wanita muali menurun pada awal klimakterium
f) Perubahan perdarahan pada premenopause
g) Pasca menopause terjadi gangguan vegetatif, psikis, organis.

6. Menopause
Menopause adalah periode berhentinya haid secara alamiah atau suatu masa dimana seorang wanita mengalami perdarahan haid terakhir dan tidak pernah mendapatkan haid lagi. Menopause menyebabkan beberapa perubahan fisik yang dapat mempengaruhi fungsi seksual seorang wanita. Ini semua merupakan akibat dari berkurangnya kadar estrogen dan progesteron. Perubahan yang terjadi pada masa ini yaitu :
1. Perubahan psikis
Perubahan psikis pada masa menopause sangat bergantung pada masing-masing individu. Pengetahuan yang cukup akan membantu seorang wanita memahami dan mempersiapkan dirinya menjalani masa ini dengan lebih baik. Perubahan yang terjadi :
- Rasa khawatir : perasaan merasa tua, tidak menarik lagi, takut tidak bisa memenuhi kebutuhan seksual suami
- Rasa tertekan karena takut menjadi tua
- Lebih sensitif dan emosi (marah, cemas, depresi )
1. Perubahan fisik
Perubahan yang terjadi meliputi :
- Kulit menjadi kendor
- Kulit menjadi kering dan keriput
- Kulit manjadi mudah terbakar sinar matahari
- Timbul pigmentasi pada kulit
- Payudara mulai lembek
- Vagina menjadi kering
- Epitel vagina menipis
- Dispareunia
- Perasaan panas dan berkeringat pada malam hari (hot fluse)
- Tidak dapat menahan air seni
- Hilangnya jaringan penunjang
- Penambahan berat badan
- Gangguan mata
- Nyeri tulang dan sendi
7. Senium
Pada masa ini telah terjadi kesimbangan hormonal yang baru. Pada masa ini perubahan yang terjadi ialah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses menjadi tua. Dalam masa ini cenderung terjadi osteoporosis yang disebabkan oleh pengaruh hormon steroid dan osteotrofoblas yang berkurang.
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi siklus kesehatan wanita
1. Masa bayi
Faktor yang mempengaruhi siklus kehidupan wanita pada masa bayi :
1.
1. Lingkungan
2. Kondisi ibu
3. Sikap orang tua
4. Aspek psikologi pada masa bayi
5. Sistem reproduksi
1. Masa kanak-kanak
Ada 2 faktor yang mempengaruhi kehidupan wanita pada masa ini :
1.
1. faktor dalam
- Hal-hal yang diwariskan orang tua spt bentuk tubuh
- Kemampuan intelektual
- Keadaan hormonal tubuh
- Emosi dan sifat
1.
1. faktor luar
- Keluarga
- Gizi
- Budaya setempat
- kebiasaan anak dalam hal personal hygiene
1. Masa pubertas/remaja
Faktor yang berpengaruh :
- Status gizi
- Pendidikan
- Lingkungan dan pekerjaan
- Seks dan seksualitas
- Kesehatan reproduksi remaja itu sendiri
1. Masa dewasa/reproduksi
2. Faktor yang berpengaruh yaitu :
- Perkembangan organ reproduksi
- Tanggapan seksual
- Kedewasaan psikologi
1. Masa usia lanjut (klimakterium, menopause, senium)
Faktor yang berpengaruh :
- Faktor hormonal
- Kejiwaan
- Lingkungan
- Pola makan
- Aktifitas fisik

DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba. Memahami Kesehatan reproduksi wanita. EGC;Jakarta; 1999.
2. Mohamad, Kartono. Kontradiksi Dalam Kesehatan Reproduksi. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta;1998.
3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Bunga rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial, Jakarta
READ MORE - KESEHATAN WANITA SEPANJANG SIKLUS KEHIDUPAN

PSIKOLOGI WANITA KEGUGURAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bila seseorang membuat rencana, biasanya rencana itu bersifat optimis dan positif. Bagi mereka yang menginginkan anak dan ingin membentuk keluarga, masa depan yang dibayangkan adalah tentang bayi, kepuasan serta kebahagiaan, bukan rasa sakit, rasa kehilangan ataupun duka yang tak direncanakan dan tak diharapkan. Bila seorang wanita mengalami keguguran, kejadian itu membuat ia syok dan menyalahkan tubuhnya. Hal ini seringkali membuat wanita kehilangan kepercayaan baik terhadap tubuhnya maupun terhadap dirinya sendiri, disamping juga terhadap kehidupan, yang tiba-tiba menyadarkannya bahwa tidak ada kepastian dan jaminan dalam hidup ini.
Sementara keguguran secara medis seolah merupakan kejadian kecil, bagi mereka yang mengalaminya, hal itu bisa merupakan pengaruh yang meluas dan menetap. Tidak hanya menghancurkan semua harapan dan rencana yang menyertai realita tersebut.
Dibandingkan dengan abad terdahulu, kita hidup pada masa dimana standar hidup dan perawatan medis sudah maju tetapi kemajuan ini bisa membuat kita keliru dengan menduga bahwa setiap kehamilan akan membuahkan bayi cukup usia, yang sehat serta siap untuk menerima seluruh kasih sayang yang kita berikan. Akibatnya, bila kehamilan tidak berlangsung sebagaimana mestinya dan bayi tidak dilahirkan, kita akan merasa sangat ditipu. Banyak yang bahkan tidak menyadari betapa besar tumpuan harapan pada kehamilan tersebut sampai kehamilan itu berakhir secara mendadak dan menyakitkan. Setelah itu kita tidak dapat memandang diri kita atau dunia sekitar kita dengan pandangan yang sama.
Tidak dapat disangkal bahwa keguguran merupakan kejadian yang umum walaupun statistiknya bervariasi menurut saat terjadinya kehamilan. Sejumlah keguguran awal tidak disadari karena wanita yang bersangkutan menduga bahwa haidnya terlambat dan deras. Sebenarnya bila kehamilan dihitung dari saat pembuahan telur atau sperma, atau bahkan sejak saat pertemuan telur dan sperma maka tingkat keguguran akan lebih tinggi dibandingkan jika dihitung dari terlambatnya haid dan munculnya gejala-gejala kehamilan. Dengan demikian jumlah keguguran berkisar antara 1 di antara 6 kehamilan sampai 4 di antara 6 kehamilan. Akan tetapi perkiraan yang diterima secara umum adalah 1 di antara 5 kehamilan berakhir dengan keguguran. Ini menunjukkan bahwa setiap tahun, ribuan wanita harus mengalami keguguran serta merasakan dampak fisik dan emosionalnya.
Usia kehamilan saat keguguran ternyata tidak berpengaruh pada dalamnya rasa duka dan kehilangan yang dirasakan sesudahnya. Banyak wanita yang mengatakan bahwa orang di sekitar mereka memberi simpati sesuai usia kehamilan. Mereka paling bersimpati pada keguguran saat usia kehamilan tua dan tidak terlalu bersimpati pada keguguran usia kehamilan muda. Padahal, keguguran pada kehamilan muda memiliki tingkat kedukaan yang sama dengan keguguran pada kehamilan tua. Tampaknya, rasa kehilangan ini banyak bergantung pada besarnya keterkaitan emosional dengan kehamilan itu. Bila bayi yang dikandung sangat diharapkan, maka berapapun usia kehamilan itu, keguguran akan sangat terasa.
Kenyataan bahwa keguguran sudah umum terjadi, tidak mengurangi dampak atau menghilangkan perasaan terkucil, seolah hanya wanita tersebut satu-satunya orang yang mengalaminya. Keguguran masih menjadi topik yang jarang dibicarakan. Namun jika kita mau membicarakannya, kita akan melihat betapa banyak respon yang mengatakan bahwa mereka ataupun kerabat mereka pernah mengalami keguguran. Dengan kata lain, wanita yang pernah mengalami keguguran tidak perlu merasa terkucil karena banyak orang yang mengalami trauma serupa dan mungkin bisa membantu.

B. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan memiliki tujuan-tujuan sebagai berikut :
1. Menampilkan kronologi terjadinya suatu keguguran
2. Memberi gambaran mengenai kondisi yang dialami wanita akibat keguguran
3. Menjelaskan mengenai hubungan keguguran dengan tahapan tertentu dari usia seorang wanita
4. Menjelaskan dampak fisik dan psikologi serta sikap yang ditampilkan oleh wanita yang mengalami keguguran
5. Menekankan pada dampak emosional yang ditimbulkan oleh peristiwa keguguran
6. Menjelaskan cara mengatasi masalah psikologis yang diakibatkan oleh keguguran dari sudut pandang kebidanan, keluarga dan lingkungan.





BAB II
ISI

Persalinan (partus) adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri).
Keguguran (abortus) adalah berakhirnya kehamilan oleh akibat-akibat tertentu pada atau sebelum kehamilan tersebut 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu hidup di luar kandungan.

A. Jenis-jenis abortus :
1. Abortus Spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi dari luar untuk mengakhiri kehamilan tersebut. Abortus spontan terdapat beberapa macam yaitu :
a. Abortus Imminen
Terjadi akibat perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman terhadap kelangsungan sutau kehamilan. Kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.

b. Abortus Insipien
Perdarahan ringan hingga sedang dimana hasil konsepsi masih berada di kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan bahwa proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau abortus komplit.
c. Abortus Inkomplit
Perdarahan dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
d. Abortus Komplit
Perdarahan dimana seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan dari kavum uteri.
e. Abortus Habitualis
Keadaan dimana pasien mengalami keguguran berturut-turut 3 kali atau lebih. Biasanya disebabkan karena kelainan ovum atau spermatozoa sehingga terjadi pembuahan yang patologis, serviks inkompeten, rhesus antagonis, kelainan anatomi rahim, malnutrisi, malfungsi plasenta dan gangguan psikologis.
2. Abortus Buatan
Abortus buatan adalah abortus yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan (abortus provokatus). Abortus provokatus ada 2 macam yaitu abortus provokatus medisinalis dan abortus provokatus kriminalis.

3. Abortus Infeksiosa
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai komplikasi infeksi.
4. Missed Abortion
Missed abortion adalah perdarahan disertai dengan retensi hasil konsepsi yang telah mati hingga perdarahan 8 minggu atau lebih. Biasanya diagnosis tidak dapat ditentukan hanya dalam satu kali pemeriksaan melainkan memerlukan waktu pengamatan dan pemeriksaan ulangan

B. Etiologi abortus :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Faktor penyebabnya :
a. Kelainan kromosom
b. Lingkungan di endometrium tempat implantasi kurang sempurna.
c. Pengaruh dari luar : radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya.
2. Gangguan sirkulasi plasenta
Biasanya terjadi pada penyakit hipertensi menahun karena oksigenasi plasenta terganggu sehingga terjadi gangguan pertumbuhan dan kematian janin
3. Penyakit ibu
Seperti pnemoni, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan penyakit lain yang dapat menyebabkan abortus.


4. Kelainan traktus genitalis
a. Kongenital anomali (hipoplasia uteri, uterus bikornis)
b. Kelainan letak uterus (retroversion uteri)
c. Mioma uteri
d. Uterus terlalu cepat regang (kehamilan ganda, mola)

C. Dampak Emosional yang diakibatkan dari peristiwa Abortus
1. Berduka
Tidak ada reaksi yang benar atau salah dalam kedukaan itu, yang ada hanyalah reaksi alami. Pada saat tertentu, seorang wanita bisa mengatasinya tetapi adakalanya tidak. Proses berduka akan berlanjut dalam waktu yang lama. Seberapapun manusia mencoba untuk ‘tabah’, untuk menekan perasaan, cepat atau lambat duka itu akan muncul dan manusia harus bisa menghadapinya agar bisa pulih dan melanjutkan kehidupan berbekal pengalaman.
Kita semua adalah individu dan reaksi kita mencerminkan diri kita. Merupakan asumsi yang keliru bila kedukaan, karena mempunyai awal yang jelas, tentu akan mempunyai akhir yang jelas pula. Kita menganggap pasti akan ada waktu dimana kita bisa berkata, “Saya telah mengalaminya dan sekarang sudah usai. “ Padahal sesungguhnya kita tahu bahwa kedukaan tidak mempunyai akhir. Kita bisa belajar untuk menata dan menyesuaikan kehidupan tetapi tampaknya kedukaan , meskipun telah kita singkirkan, tetap menjadi bagian dari diri kita. Seperti yang sering dikemukakan semua wanita yang pernah mengalami keguguran, pengalaman keguguran bukanlah suatu hambatan untuk ‘diatasi’, melainkan merupakan bagian integral dari diri dan bagaimana cara mengatasi diri sendiri.
2. Mati Rasa dan Syok
Sebagian besar orang yang secara tiba-tiba mengalami keguguran akan terlalu sibuk mengatasi trauma fisik. Sementara pengaruh emosional dibiarkan hilang dengan seiring berjalannya waktu. Menyangkut mati rasa, syok terasa membantu karena dapat bertindak sebagai anestesi. Pada saat syok itu menghilang, barulah rasa sakit hati itu dimulai. Seorang wanita mungkin akan mendapatkan obat penenang. Namun obat ini hanya menunda rasa sakit bukan menghilangkannya. Wanita yang merasa bahwa memperpanjang masa mati rasa itu bisa membantu harus ingat bahwa bahwa cepat atau lambat realita kematian bayinya harus dihadapi dan membiarkan kedukaan itu mulai.
Respon terhadap syok dan kedukaan yang sesungguhnya cenderung berbeda-beda. Sebagian mungkin merasa sangat ingin ditemani, merasakan kenyamanan dan dukungan fisik orang lain di sekitar kita. Namun sebagian mungkin ingin menyendiri untuk sementara waktu. Emosi yang tidak rasional merupakan salah satu konsejuensi keguguran.
Bila keguguran terjadi, sebagian wanita mengalami masa singkat dimana berbaur perasaan lega dan gembira bahwa keguguran itu akhirnya usai dan mereka selamat. Namun perasaan ini seringkali diikuti oleh masa depresi berat karena kehilangan itu menjadi nyata. Kehilangan bayi melibatkan kehilangan segala kegiatan yang berhubungan dengan kelahiran.
Kekosongan umum dirasakan setelah keguguran baik secara fisik karena bayi tidak lagi berada di dalam tubuh, maupun secara emosional, yaitu perasaan mati rasa dan syok yang hanya bisa dirasakan oleh wanita itu sendiri. Bagi sebagian wanita, kekosongan ini bisa berlangsung lama. Wanita yang keguguran seolah sudah mengesampingkan sebagian dirinya yang telah disiapkan untuk menerima semua pengalaman dan kenangan yang ingin dibagi dengan anak-anak mulai dari bayi, kanak-kanak, remaja hingga dewasa. Sehingga bila bayi lahir terlalu awal dan tidak selamat, bagian diri wanita tersebut akan tetap kosong dan tidak bisa terisi kembali.
3. Rasa Tidak Percaya
Untuk sementara waktu, wanita yang mengalami keguguran tidak dapat menerima apa yang telah terjadi. Keinginan kembali ke waktu dimana keadaan baik-baik saja dapat teras sangat kuat. Ketika hal itu tidak terpenuhi, wanita tersebut akan merasa marah dan tidak berdaya. Wanita yang mengalami keguguran yang tidak disadari atau kerusakan sel telur harus menghadapi realita tambahan yang sebenarnya. Anggapan bahwa dirinya hamil serta merasa mempunyai hubungan yang dekat dan komunikasi, ternyata tidak pernah ada. Realisasi yang mengejutkan ini tidak mengurangi perasaan. Jika bayinya nyata maka rasa kehilangan dan kedukaan juga akan nyata.
Sebagian dari kesulitan mengatasi rasa tidak percaya ini adalah bahwa naluri alami seorang ibu tidak mati saat bayinya mati. Mendengar calon bayi disebut janin tidak sempurna dan tidak pantas hidup justru akan memperkuat naluri keibuan.
Naluri keibuan itu pula yang membuat wanita yang mengalami keguguran berat meninggalkan rumah sakit atau rumah bersalin. Wanita tersebut merasa seolah-olah ia mengkianati dan menelantarkan bayinya. Sekalipun ia tahu bahwa bayinya telah meninggal.

D. Cara mengatasi dampak emosional akibat keguguran
1. Mengatasi masalah dari dalam diri
Sebagian besar wanita yang mengalami keguguran tentu akan merasa depresi. Depresi adalah kemarahan yang dipendam. Kemarahan ini cepat muncul dan hilang. Untuk mengurangi resiko depresi, mungkin sebaiknya kemarahan ini dilampiaskan dari pada disangkal atau dipendam. Bahkan wajar untuk marah pada bayi yang seolah menolak ibunya dengan lahir terlalu awal dan pergi begitu saja tetapi dalam hal ini, wanita cenderung merasa bersalah dan menyangkal amarah tersebut.
Sementara wanita merasa malu dan bersalah karena marah, emosi ini bersifat positif karena membantu wanita tersebut mengatasi perasaan menjadi korban dan ketidakberdayaan. Kemarahan itu bisa menjadi motivasi untuk perbaikan mutu perawatan di kemudian hari.
Banyak wanita yang keguguran menemukan bahwa mereka marah kepada Tuhan. Sebagian menganggap keguguran sebagai penolakan Tuhan atau hukuman atas dosa yang kita lakukan di masa lalu baik secara sadar maupun tidak. Bila seorang wanita mengalami keguguran dan bayinya meninggal, ia bisa merasa marah tidak terkendali karena tidak berdaya menyelamatkan bayinya.. Agar bisa pulih dan rasa kasih datang, manusia harus mengeluarkan sakit hati dan amarah, jangan mencoba untuk mengingkari dan menyimpannya dalam hati. Pergi ke suatu tempat yang pribadi dan berteriak, memukul bantal, menyobek-nyobek kertas dan memecahkan piring dapat digunakan untuk melampiaskan kemarahan yang bula dipendam akan menjadi semakin buruk dan meracuni diri dalam waktu yang lama. Apabila wanita tersebut tidak terbiasa melampiaskan amarah dengan cara demikian, maka ia bisa mencoba untuk melampiaskannya pada coretan lukisan atau tulisan.
Bisa dipahami bahwa bila wanita kehilangan bayinya maka ia perlu segera mempunyai bayi lagi. Perlu diingat bahwa setiap bayi itu unik. Bayi yang baru lahir tidak mungkin dapat menggantikan bayi sebelumnya. Mempunyai bayi tidak selalu menghilangkan depresi dan membuat keadaan baik kembali. Bahkan bila duka belum hilang, hadirnya seorang bayi bisa menambah depresi seorang ibu. Selain itu meskipun pasangan suami istri menginginkan bayi, salah satu ataupun keduanya mungkin merasa bahwa mereka tiak sanggup menghadapi trauma lagi.
Dua kata kunci dakam menghadapi keguguran adalah kejujuran dan pengertian. Jujur tentang perasaan diri sendiri, pengertian terhadap perasaan orang lain. Bila hal ini diingat dan konsekuensi keguguran dihadapi bersama dengan toleransi dan kepekaan terhadap semua orang yang bersangkutan, maka keluarga tidak hanya akrab tetapi lebih kokoh dan bersatu dibanding sebelumnya.
Wanita memiliki kekuatan dalam diri mereka tetapi seringkali mereka tidak menyadarinya sampai mereka dihadapkan pada krisis atau tragedy. Wanita itu kuat. Pria bisa memikul beban fisik, tetapi wanitalah yang paling kuat memikul beban emosional.
2. Hubungan persahabatan dapat membantu mengatasi masalah emosional akibat keguguran.
Ada beberapa hal yang sebaiknya dilakukan seseorang yang sahabatnya baru saja mengalami keguguran. Misalnya dengan memerlihatkan kekhawatiran dan kasih sayang kepadanya, mendampingi untuk mendengarkan, membantu tugas-tugas kecil, menjaga anak yang lain atau apapun yang diperlukan saat itu.
Seringkali teman bersedia membantu, namun sama sekali tidak tahu harus bagaimana. Padahal mereka bisa saja membantu dengan cara yang praktis, dengan menyiapkan makanan, mencuci atau berbelanja. Mereka juga dapat membantu secara emosional yakni dengan membicarakan kejadian itu. Dibutuhkan teman sejati dan berani untuk melakukannya.
3. Peran bidan dalam membantu memulihkan emosi wanita yang mengalami keguguran
Salah satu realita menyakitkan yang harus diketahui oleh setiap wanita yang mengalami keguguran adalah bahwa seringkali bila terancam keguguran, sangat sedikit hal yang bisa dilakukan bidan atau penolong medis lainnya untuk mencegahnya. Ini merupakan situasi yang sulit karena wanita yang bersangkutan cenderung merasa bahwa bidan atau dokternya telah mengecewakan mereka dengan tidak melakukan apa-apa. Bidan atau dokter yang bersangkutan cenderung merasa bahwa wanita itu tidak realistis karena mengharapkan sesuatu yang tidak dapat terwujud. Dokter, bidan atau perawat dilatih untuk aktif melakukan sesutau dan keguguran seringkali menghadapkan mereka pada situasi dimana tidak ada lagi yang bisa dilakukan. Keadaan ini dapat membuat frustasi dan menghancurkan hati. Jika ada tindakan yang bisa menyelamatkan kehamilan, tenaga medis tentu dengan senang hati megambil tindakan. Keguguran tidak hanya membuat stress wanita yang bersangkutan tetapi juga dokter, bidan dan petugas kesehatan lainnya. Dapat dipahami bahwa sebagian bidan dan dokter merasa perlu membuat jarak, tidak hanya untuk mempertahankan efisiensi, tetapi juga sebagai pelindung diri melawan keterlibatan sakit hati dan stress. Namun seperti halnya orang yang telah mengalami keguguran, mereka perlu menyeimbangkan kepedulian dan perhatian. Sebagian besar dokter dan bidan peduli tetapi yang dibutuhkan adalah agar pasien melihat bahwa mereka peduli.




BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah menelaah makalah ini, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Sebagian besar orang menganggap bahwa keguguran adalah masalah yang tidak pantas dibicarakan.
2. Penyebab keguguran adalah multifaktor.
3. Keguguran mengakibatkan luka emosional yang mendalam di hati setiap wanita yang menginginkan kehamilan.
4. Keguguran mengakibatkan rasa bersalah di hati wanita yang mengalaminya.
5. Usia kehamilan saat keguguran tidak berpengaruh pada intensitas duka yang diakibatkan oleh peristiwa keguguran.
6. Mengatasi kesedihan akibat kehilangan bayi dapat dilakukan dengan beragam cara.
7. Peran bidan atau tenaga medis lainnya sangat penting dalam membantu memulihkan mental wanita yang mengalami keguguran.




B. Saran
1. Wanita yang baru saja mengalami keguguran perlu mendapat dukungan baik itu dari pihak keluarga, sahabat dan tenaga medis.
2. Rumah sakit atau rumah bersalin perlu meningkatkan pelayanannya untuk meminimalisasi angka keguguran dewasa ini.
3. Masyarakat perlu lebih terbuka dalam membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan masalah keguguran.
4. Bidan sebagai tenaga kesehatan yang dekat dengan masyarakat sekitar hendaknya dapat menjadi sosok yang membantu meringankan duka wanita yang baru mengalami keguguran.




DAFTAR PUSTAKA

Murphy, Sarah. 2000. Keguguran : Apa yang Perlu Diketahui. Jakarta : Ardan

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Wiknjosastro, Hanifa dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
READ MORE - PSIKOLOGI WANITA KEGUGURAN

TERMOREGULASI


BAB I
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Termoregulasi

Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi antara terporeseptor perifer dan termoreseptor sentral. Termoregulasi juga bisa diartikan sebagaimana tubuh mengatur suhu tubuh.
Termoreseptor perifer berfungsi memantau suhu kulit di seluruh tubuh dan menyalurkan informasi ke hipotalamus selaku termoreseptor sentral.
Termoreseptor sentral dibagi menjadi dua:
a. Hipotalamus Posterior ( Aktif saat Dingin)  produksi panas meningkat dan konservasi panas
b. Hipotalamus Anterior ( Aktif saat Panas )  memicu reaksi pengurangan panas

B. Jalur Termoregulasi Utama
Cara mengukur suhu tubuh:
1. Peroral (sublingual  mengukur suhu melalui oral(mulut)
2. Peraxila  mengukur suhu melalui axila(ketiak)
3. Perrektal  mengukur suhu melalui rektum(dubur)
4. Peroftal  mengukur suhu melalui telinga(jarang dipakai)

Catatan:
1. khusus pada pengukuran peroral,sebelum pengukuran suhu pasien dilarang makan karena akan menghasilkan data invalid(karena 50% zat yang terkandung dalam makanan akan menghasilkan kalor)
2. Yang termasuk termoreseptor perifer yaitu pengukuran suhu pada axila, sehingga pengukuran suhu secara peraxila akan menghasilkan data yang kurang akurat, jadi data harus ditambah 0,3.
3. Yang termasuk termoreseptor central yaitu pengukuran suhu pada oral,rektal dan telinga.


Suhu tubuh normal manusia adalah 35,60C - 37,80C
• Suhu normal oral : 36,10C – 37,20C  Tidak Akurat
• Suhu normal rektal : 36,10C – 37,80C

Yang Mempengaruhi Suhu Tubuh Manusia :
1. Waktu : a. Pagi  Rendah
b. Siang  Agak Panas
c. Sore  Panas
d. Malam  Rendah
2. Masa Menstruasi  Prostalgladin
3. Exercise  Kontraksi Otot
4. Cuaca  Mengikuti cuaca atau suhu naik
Pelepasan Panas
1. Radiasi melepaskan panas melalui proses radiasi
2. Konduksi transfer panas secara langsung melalui kontak fisik
3. Konveksi pelepasan panas karena adanya kontak dengan udara
4. Evaporasi pelepasan panas melalui cairan tubuh


BAB II
ISI

A. Mengukur Suhu Peroral
a. Alat dan Bahan :
1) Termometer Oral
2) Es batu dalam gelas
3) Kapas
4) Alkohol 70%

b. Langkah Kerja :
Tanpa Mengunyah Es
1) Siapkan alat dan bahan
2) Bersihkan termometer menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% ( Dari ujung pinol/Distal ke bagian proksimal dengan cara memutar)
3) Masukan termometer kedalam mulut yaitu di bahwah lidah selama 5 menit(probandus dilarang berbicara)
4) Setelah itu ambil dan catat hasilnya
5) Bersihkan termometer

Setelah Mengunyah Es
1) Suruh probandus mengunyah es batu
2) Masukan termometer yang sudah dibersihkan kedalam mulut yaitu di bahwah lidah selama 5 menit(probandus dilarang berbicara)
3) Setelah itu ambil dan catat hasilnya
4) Bersihkan termometer
5) Bandingkan hasil antara sebelum mengunyah es dan setelah mengunyah es

c. Hasil Percobaan
Nama Probandus : Nugrahaeni A.M
Sebelum Mengunyah Es
Suhu : 37,200C

Setelah Mengunyah Es
Suhu : 37,150C





B. Mengukur Suhu Peraksila
a. Alat dan Bahan :
1) Termometer Aksila
2) Kapas
3) Alkohol 70%

b. Langkah Kerja ;
1) Siapkan alat dan bahan
2) Bersihkan termometer menggunakan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70% ( Dari ujung pinol/Distal ke bagian proksimal dengan cara memutar)
3) Pasang termometer diketiak kanan atau kiri probandus ( bagian distal tepat di fosa aksila dengan bagian distal menempel pada fosa aksila suruh probandus merapatkan lengan dan memegang pundak tangan yang berlawanan)
4) Tunggu selama 5 menit
5) Setelah itu ambil dan catat hasilnya
6) Bersihkan termometer

c. Hasil percobaan
Nama probandus : Martin Khoeruroh
Suhu : 37,200

C. Aplikasi Klinis
1. Heat Exhaution
Merupakan kegagalan kompensasi termoregulasi tubuh terhadap panas.
Contoh : pingsan
Pingsan dipengaruhi oleh gen, sex, dan usia.
Proses Pingsan
Radiasi matahari  Suhu tubuh naik  Evaporasi  Cairan tubuh berkurang Volume darah turun curah jantung turun  Heart rate turun  tekanan darah turun  Aliran darah ke otak turun  Pingsan
Cara mengatasi orang pingsan :
a. Bawa pasien ke tempat yang lebih teduh
b. Buka benda yang menghalangi tubuh pasien ( jlbab, sepatu, kaus kaki, dan buka kancing baju bagian atas jika pasien memakai kemeja 0
c. Sadarkan pasien dengan di kasi yang berbau ( minyak kayu putih, minyak wangi, balsem, dll )
d. Kipasi pasien
e. Jika sudah sadar pasien diberi minum

2. Heat Stroke  detak jantung turun
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan integrasi dan koordinasi antara terporeseptor perifer dan termoreseptor sentral.
Suhu tubuh normal manusia adalah 35,60C - 37,80C.Cara mengukur suhu dilakukan dengan cara peroral, peraxila, perrektal dan peroftal.
Dari percobaan di atas dapat di simpulkan mengukur suhu secara peroral akan menghasilkan data yang akurat, sedangkan secara peraxila menghasilkan data yang kurang akurat karena termasuk termoregulator perifer, sehingga hasilnya perlu di tambahkan 0,3.

B.Saran
Penulis sadar bahwa laporan ini jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga untuk penyusunan laporan yang akan datang menjadi lebih baik.


DAFTAR PUSTAKA

Sherword,Lauralee. 2001.Fisiologi Manusia Edisi 2. Jakarta: EGC
Tortora, J.T.,Grabowski, S.R. 2000.Principles Of Anatomy dan Physiology.(9 th edision).
Toronto: John Wiley & Sons, Inc.

READ MORE - TERMOREGULASI

ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS

on Kamis, 04 Agustus 2011

BAB I

PENDAHULUAN



Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) secara tradisional di definisikan sebagai periode 6 minggu segera setelah lahirnya bayi dan mencerminkan periode saat fisiologi ibu, terutama sistem reproduksi, kembali mendekati keadaan sebelum hamil. Hal ini mungkin berakar dari tradisi “chuching”, yaitu upacara keagamaan ketika wanita diterima yaitu pada periode 40hari saat mana mereka dianggap tidak bersih. Seiring dengan meningkatkan dominasi bidang medis, akhir masa nifas ditandai oleh pemeriksaan pasca postpartem wanita yang bersangkutan dengan dokter. Hal ini menyebabkan penjelasan tradisional tentang masa nifas terstruktur sebagai periode pemulihan ibu, didukung oleh medikalisasi kehamilan menjadi suatu keadaan medis. Bidan bertanggung jawab mempertahankan pengawasan yang cermat terhadap perubahan fisiologis pada masa nifas dan mengenali tanda-tanda keadaan patologis.
Selama masa nifas,terjadi penurunan yang mencolok kadar estrogen dan progesteron dalam sistem ibu. Penurunan konsentrasi hormon steroid mempermudah inisiasi laktasi dan memungkinkan sistem fisiologis kembali ke pra hamil. Pada kenyataannya masa nifas seyogyanya digambarkan sebagai transisi. Masa ini dimulai saat lahirnya bayi dan rahimnya saat kembalinya fertilitas. Namun, wanita tidak kembali ke keadaan fisiologis dan anatomis yang sama. Masa nifas juga, dalam konteks sosial, mencerminkan banyak transisi bagi orang tua, anak, dan anggota keluarga yang lain. Banyak perubahan fisiologis dalam masa nifas, misalnya dalam pembentukan keterampilan menjadi orangtua, laktasi pemberian makan, dimodifikasi oleh interaksi sosial dahulu dan sekarang individu dalam situasi keluarga yang baru. (Jane Coad,Melvyn Dunstall : 2007).

BAB II
ISI

A. Pengertian dan tujuan asuhan masa nifas
Ada beberapa pengertian masa nifas, antara lain:
1. Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002).
2. Masa nifas tidak kurang dari 10 hari dan tidak lebih dari 8 hari setelah akhir persalinan, dengan pemantauan bidan sesuai kebutuhan ibu dan bayi (Bennet dan Brown, 1999).
Dalam bahasa Latin, waktu tertentu setelah melahirkan anak ini disebut puerpenthy, yaitu dari kata puer yang artinya bayi dan parous melahirkan. Puerperium berarti masa setelah melahirkan bayi.
Masa nifas (puerperium) adalah masa pun kembali, mulai dari persalinan selesai hingga alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini, yaitu 6-8 minggu. Nifas dibagi dalam tiga periode, yaitu:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu tclah diperbolehkan berdiri dan bcrjalan.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyelurula alat-alat genital.
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna, terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat sempurna mungkin beberapa minggu, bulan, atau tahun.

B. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS
Semua kcgiatan yang dilakukan, baik dalam bidang kebidanan maupun di bidang lain selalu mempunyai tujuan agar kegiatan tersebut terarah dan diadakan cvaluasi dan penilaian. Tujuan dari perawatan nifas ini adalah:
1. Memulihkan kesehatan umum penderita
a. Menyediakan makanan sesuai kebutuhan
b. Mengatasi anemia
c. Mencegah infeksi dengan memerhatikan kebersihan dan sterilisasi
d. Mengernbalikan kesehatan urnum dengan pergerakan otot untuk memperlancar peredaran darah
2. Mempertahankan kesehatan psikologis
3. Mencegah infeksi dan komplikasi
4. Memperlancar pembentukan air susu ibu (ASI)
5. Mengajarkan ibu untuk melaksanakan perawatan mandiri sampai masa nifas selcsai dan memelihara bayi dengan baik, sehingga bayi dapat mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal

C. Perubahan sistem reproduksi masa nifas
1. Involusi Uterus
Involusi uterus adalah kembalinya uterus kepada keadaan sebelum hamil, baik dalam bentuk maupun posisi. Selain uterus, vagina, ligamen uterus, dan otot dasar panggul juga kembali ke keadaan sebelum hamil. Bila ligamen uterus dan otot dasar panggul tidak kembali ke keadaan sebelum hamil, kemungkinan terjadinva prolaps uteri makin besar. Selama proses involusi, uterus menipis dan mengeluarkan lokia yang diganti dengan endometrium baru. Setelah kelahiran bayi dan plasenta terlepas, otot uterus berkontraksi sehingga sirkulasi darah yang menuju uterus berhenti dan ini disebut dengan iskemia. Otot redandant librons, dan jaringan elastis bekerja. Fagosit dalam pembuluh darah dipecah menjadi dua fagositosis. Enzim proteolitik diserap oleh serat otot yang disebut autolisis. Lisozim dalam sel ikut berperan dalam proses ini. Produk dibawa oleh pembuluh darah yang kemudian disaring di ginjal.
Lapisan desidua yang dilepaskan dari dinding uterus disebut lokia. Endometrium baru tumbuh dan terbentuk selama 10 hari postpartum dan menjadi sempurna sekitar 6 minggu. Proses involusi berlangsung sekitar 6 minggu. Selama proses involusi uterus berlangsung, berat uterus mengalami penurunan dart 1000 gram menjadi 60 gram, dan ukuran uterus berubah dari 15 x 11 x 7,5 cm menjadi 7,5 x 5 x 2,5 cm. Setiap minggu, berat uterus turun sekitar 500 gram dan serviks menutup hingga selebar 1 jari.
Proses involusi uterus disertai dengan penurunan tinggi fundus uteri (TFU). Pada hari pertama, TFU di atas simfisis pubis atau sekitar 12 cm. Proses ini terus berlangsung dengan penurunan TFU 1 cm setiap harinya, sehingga pada hari ke-7 TFU berkisar 5 cm dan pada hari ke-10 tidak teraba di simfisis pubis.
2. Lokia
Lokia keluar dari uterus setelah bayi lahir sampai dengan 3 atau 4 minggu postpartum. Perubahan lokia terjadi dalam tiga tahap, yaitu lokia rubra, serosa, dan alba. Lokia rubra merupakan darah pertama yang keluar dan berasal dari tempat lepasnya plasenta. Setelah beberapa hari, lokia berubah warna menjadi kecoklatan yang terdiri dari darah dan serum yang berisi leukosit dan jaringan yang disebut lokia serosa. Pada minggu ke-2, lokia berwarna putih kekuningan yang terdiri dari mukus serviks, leukosit, dan jaringan.
3. Ovarium dan Tuba Falopi
Setelah kelahiran plasenta, produksi estrogen dan progesteron menurun, sehingga menimbulkan mekanisme timbal-balik dari sirkulasi rnenstruasi. Pada saat inilah dimulai kembali proses ovulasi, sehingga wanita dapat hamil kembali.
D. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
8. Memberikan asuhan secara professional.

E. Tahapan Masa Nifas
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu.
3. Remote puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi.

F. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas
Kebijakan program nasional pada masa nifas yaitu paling sedikit empat kali melakukan kunjungan pada masa nifas, dengan tujuan untuk :
1. Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayi.
2. Melakukan pencegahan terhadap kemungkinan-kemungkinan adanya gangguan kesehatan ibu nifas dan bayinya.
3. Mendeteksi adanya komplikasi atau masalah yang terjadi pada masa nifas.
4. Menangani komplikasi atau masalah yang timbul dan mengganggu kesehatan ibu nifas maupun bayinya.
Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas:
Kunjungan Waktu Asuhan
I 6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.

Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.

Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

Pemberian ASI awal.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.

Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.

Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.

II 6 hari post partum
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.

Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.

Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.

Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.

Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.

III 2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.

IV 6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

Memberikan konseling KB secara dini.


DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Norma
Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal Oleh Bahiyatun, S.Pd, S.Si.T
Saifudin, Abdul Bari Dkk, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bidan Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta
masanifas.blogspot.com/ diunduh 1 September 2009: 20.10 WIB.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.
yoana-widyasari.blogspot.com/2009/04/satuan-acara-pengajaran-s.html diunduh 1 September 2009: 20.05 WIB.



























Read More..
READ MORE - ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS

KARDIOTOKOGRAFI

BAB I
LATAR BELAKANG
A.LATAR BELAKANG
Salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian perinatal yang disebabkan oleh penyulit penyulit hipoksia janin dalam rahim antara lain dengan melakukan pemantauan kesejahteraan janin.pada dasarnya pemantauan ini bertujuan untuk mendeteksi ganguan yang berkaitan dengan hipoksia janin,seberapa jauh gangguan tersebut,dan akhirnya menentukan tindak lanjut dari hasil pemantauan tersebut
Kardiotokografi(KTG)merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan diatas,melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktivitas janin.
Cara pemantauan ini bisa dilakukan secara langsung (invasif atau internal yakni dengan alat pemantau yang dimasukan dalam rongga rahim atau secara tidak langsung (non invasif atau eksternal) yakni dengan alat yang dipasang pada dinding perut ibu. Pada saat ini cara eksternal yang lebih popular karena bisa dilakukan selama antenatal ataupun intranatal, praktis, aman, dengan nilai prediksi positif yang kurang lebih sama dengan cara internal yang lebih invasif.

B.TUJUAN
Tujuan pebuatan  makalah ini adalah :
1.Memenuhi tugas KDPK (Keterampilan Dasat Praktek Klinik)
2.Memberi pengetian tentang kardiotokografi
3.Melakukan pemeriksaan KTG dan velosimetri dopler pada ibu hamil sesuai dengan indikasi yang tepat







BAB II
ISI

A.      PENGERTIAN KARDIOTOKOGRAFI (KTG)
Kardiotokografi merupakan salah satu alat elektronik yang digunakan untuk tujuan melakukan pemantauan kesejahteraan janin melalui penilaian pola denyut jantung janin dalam hubungannya dengan adanya kontraksi ataupun aktifitas janin.
B.      MEKANISME PENGATURAN DENYUT JANTUNG JANIN
Frekuensi denyut jantung janin rata-rata sekitar 140 denyut/menit ( dpm) dengan variasi normal 20 dpm diatas atau dibawah nilai rata-rata. Jadi nilai normal denyut jantung janin antara 120-160 dpm.
Faktor-faktor yang mempengaruhi denyut jantung janin antara lain melalui :
1.       Sistem saraf simpatis, sebagian besar berada dalam miokardium. Contoh rangsangan ; dengan obat beta-adrenergik akan meningkatkan frekuensi denyut jantung, menambah kekuatan kontraksi jantung, dan meningkatkan volume curahan jantung.
Dalam keadaan stres, sistem saraf ini berfungsi mempertahankan aktifitas jantung.
Hambatannya,dengan obat propanolol akan menurunkan frekuensi dan sedikit mengurangi variabilitas DJJ.
2.       Sistem saraf parasimpatis, terdiri atas serabut n. vagus yang berasal dari batang otak. Sistem saraf ini akan mengatur nodus SA,VA,dan neuron yang terletak diantara atrium dan ventrikel jantung. Rangsangan n.vagus,misalnya dengan asetilkolin,akan menurunkan frekuensi DJJ, sedangkan hambatannya dengan atropin akan meningkatkan frekuensi DJJ.
3.       Baroreseptor,yang letaknya pada arkus aorta dan sinus karotid. Bila tekanan meningkat,reseptor ini akan merangsang n. Vagus dan n.glosovaringeus,yang akibatnya akan terjadi penekanan pada aktifitas jantung berupa penurunan frekuensi DJJ.
4.       Kemoreseptor, yang terdiri dari atas 2 bagian, yakni bagian perifer yang terletak di daerah karodid dan korpus aorta serta bagian sentral yang terletak pada batang otak. Reseptor ini berfungsi mengatur perubahan kadar O2 dan CO2 dalam darah serta cairan otak. Bila kadar O2 menurun dan CO2 meningkat, akan terjadi reflek dari reseptor sentral berupa takhikardi dan peningkatan tekanan darah untuk memperlancar aliran darah,meningkatkan kadar O2 dan menurunkan kadar CO2. Keadaan hipoksia/hiperkapnea akan mempengaruhi reseptor perifer dan menimbulkan refleks bradi kardi. Hasil interaksi dari kedua macam reseptor tersebut akan menyebabkan bradi kardi dan hipertensi.
5.       Susunan saraf pusat. Variabelitas denyut jantung janin akan meningkat sesuai dengan aktifitas otak dan gerakan janin. Pada keadaan janin tidur, aktifitas otak menurun maka variabilitas denyut jantung janin juga akan menurun. Rangasangan hipotalamus akan menyebabkan takhikardi.
6.       Sistem hormonal juga berperan dalam pengaturan denyut jantung janin. Pada keadaan stres,misalnya asfiksia, maka medula adrenal akan mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dengan akibat takhikardi, peningkatan kekuatan kontraksi jantung dan tekanan darah.
Karakteristik Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin dalam pemeriksaan kardiotokografi ada 2 macam :
1.       Denyut jantung janin basal (basal fetal heart rate), yakni frekuensi dasar (baseline rate) dan variabilitas (variability) denyut jantung janin saat uterus dalam keadaan istirahat (relaksasi)
2.       Perubahan periodik (reactivity), merupakan perubahan denyut jantung janin yang terjadi saat ada gerakan janin atau kontraksi uterus

FREKUENSI DASAR DENYUT JANTUNG JANIN (BASE LINE RATE)
Frekuensi normal berkisar antara 120 – 160 dpm.
Disebut takikardi apabila frekuensi dasar >160dpm.bila terjadi peningkatan <1-2 menit disebut suatu akselerasi,keadaan ini paling sedikit 15dpm diatas waktu 15 detik.brakikardi bila frekuensi <120 dpm,bila terjadi penurunan disebut deselerasi.

 Takhikardi dapat terjadi pada keadaan:
1.       hipoksia janin(ringan atau kronik)
2.       kehamilan preterm (<30 minggu)
3.       infeksi ibu atau janin
4.       ibu febris(gelisah)
5.       ibu hipertiroid
6.       takhiaritnia janin
7.       obat –obatan(atropin,betamimetik)
Bradikardi dapat terjadi pada keadaan:
1.       Hipoksia janin(berat/akut)
2.       Hipotermi janin
3.       Bradiaritmia janin
4.       Obat-obatan (propanolon, anestesia lokal)
5.       Janin dengan kelainan jantung bawaan
Variabilitas denyut ajntung janin
                Adalah gambaran osilasi yang tidak teratur, yang tampak pada rekaman denyut jantung janin.
Variabilitas denyut jantung janin dapat dibedakan menjadi 2 bagian :
1.       Variabilitas jangka pendek (short term variability)
Merupakan perbedaan interfal antar denyut, variabilitas yang norm,al antara 2-3 dpm.
2.       Variabilitas jangka panjang (long term variability)
Merupakan gambaran osilasi yang lebih kasar dan lebih jelas. Rata-rata mempunyai siklus 3-6 kali/menit. Variabilitas ini dibedakan menjadi:
a.       Normal                 : amplitudo antara 6-25 dpm.
b.      Berkurang           : amplitudo antara 2-5 dpm.
c.       Menghilang        : amplitudo kurang dari 2 dpm.
d.      Saltatory              : amplitudo lebih dari 25 dpm.
Berkurangnya variabilitas denyut jantung janin disebabkan oleh:
1.       Hipoksia otak
2.       Janin tidur (keadaan fisiologik diman akatifitas otak berkurang)
3.       Kehamilan preterm (ssp belum sempurna)
4.       Janin anensefalus(korteks serebri tak sempurna)
5.       Blokade n.vagus
6.       Kelainan jantung bawaan
7.       Pengaruh obat-obat narkotik, diasepam, MgSO4
Pemeriksaan kardiotokografi pada masa kehamilan
Pemeriksaan kardiotokografi dikerjakan pada saat persalinan ( inpartu ). Selanjutnya pemeriksaan kardiotokografi banyak manfaatnya pada masa kehamilan, khususnya pada kasus dengan faktor resiko terjadinya gangguan kesejahteraan janin ( hipoksia ) dalam rahim seperti :
a.       Hipertensi dalam kehamilan/gestosis
b.      Kehamilan dengan diabetes mellitus
c.       Kehamilan post-term
d.      Pertumbuhan janin dalam rahim terhambat
e.      Ketuban pecah prematur
f.        Gerakan janin berkurang
g.       Kehamilan dengan anemia
h.      Kehamilan ganda
i.         Oligohidramnion
j.        Polihidramnion
k.       Riwayat obstetrik buruk
Kehamilan dengan penyakit ibu


READ MORE - KARDIOTOKOGRAFI