Laporan Kegiatan Praktikum Pemeriksaan Golongan Darah, Penetapan HCG DenganTeknik IMUNOKROMATOGRAFI, GLukosa Dalam Darah Urin Rutin

on Kamis, 18 Agustus 2011

BAB II
1. Judul
Pemeriksaan Golongan Darah
2. Tanggal praktikum
6 Agustus 2011
3. Tujuan
Menentukan golongan darah seseorang dengan sistem A-B-O.
4. Dasar teori
Golongan darah pada hakekatnya adalah upaya untuk mengetahui antigen apa saja yang terdapat di permukaan sel darah.
Dr. Karl landstiiner tahun 1900, memperkenalkan 4 macam golongan darah yaitu : A,B,AB dan O, hal tersebut berdasarkan karena darah memiliki 2 faktor yaitu :
a. Antigen : ditemukan pada permukaan eritrosit
b. . Antibodi : terdapat dalam plasma ( serum yang sifatnya dapat menghancurkan antigen )
Golongan Darah ABO
Golongan Darah Eritrosit Plasma ( Serum )
A Antigen A Antibodi B (anti B)
B Antigen B Antibodi A (anti A)
O Tidak ada Antigen Antibodi A, B (anti AB)

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengunakan kaca objek. Dengan cara darah ditaruh diatas kaca objek. Lalu darah tersebut ditetesi dengan reagen Anti A disebelah kiri dan Anti B di sebelah kanan dan dicampur dengan ujung lidi. Kemudian amati, apakah ada gumpalan darah atau tidak.

6. Alat dan bahan
a. Bahan : darah, reagen anti A, anti B
b. Alat : kaca objek, spuit 3cc, kapas alkohol
7. Cara kerja
a. Ambil darah vena
b. Letakan satu tetes reagen anti A di sebelah kiri dan 1 tetes reagen anti B disebelah kanan
c. Setetes kecil darah diteteskan kepada kedua reagen tersebut dan di campur dengan ujung lidi

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus :Pradini Hikmawati
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Hasil pemerisaan :golongan darah B
Pembahasan
Pemeriksaan golongan darah memakai antibodi terhadap antigen yang hendak diketahui. Contoh :
Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen A, maka sel darah merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen A, atau yang sering kita kenal dengan sebutan anti-A
a. Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah merah menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A. Sel darah merah tersebut digolongkan sebagai sel darah merah A
b. Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A. Sel darah merah tersebut tidak digolongkan sebagai sel darah merah A
Bila kita hendak mengetahui apakah sel darah merah mempunyai antigen B, maka sel darah merah direaksikan dengan antibodi terhadap antigen B, atau yang sering kita kenal dengan sebutan anti-B
a. Reaksi positif. Hasil reaksi disebut positif bila terlihat sel darah merah menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen B. Sel darah merah tersebut digolongkan sebagai sel darah merah B
b. Reaksi negatif. Hasil reaksi disebut negatif bila sel darah merah tidak menggumpal. Dengan kata lain di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen B. Sel darah merah tersebut tidak digolongkan sebagai sel darah merah B
Bila sel darah merah menggumpal pada saat direaksikan dengan anti-AB, berarti di permukaan sel darah merah tersebut terdapat antigen A dan B. Sel darah merah ini digolongkan sebagai sel darah merah AB.
Bila sel darah merah tidak menggumpal pada saat direaksikan dengan anti-AB, berarti di permukaan sel darah merah tersebut tidak terdapat antigen A dan B. Sel darah merah ini digolongkan sebagai sel darah merah O
Antisera Hasil reaksi Golongan darah
Anti-A Positif A
Anti-B Positif B
Anti-AB Positif AB
Anti-A dan anti-B Negatif O

9. Kesimpulan
Telah dilakukan pemeriksaan golongan darah pada Nn. P dengan hasil golongan darah B. Dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang dengan golongan darah B-negatif hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B-negatif atau O-negatif
Anti A Anti B Gol Darah
- +



1. Judul
Pemeriksaan Penetapan HCG dengan Tehnik Imunokromatografi

2. Tanggal praktikum
6 Agustus 2011

3. Tujuan
a. Untuk mengetahui kadar HCG
b. Sebagai salah satu diagnosa kehamilan

4. Dasar teori
Human chorionik gonadotropin(HCG)merupakan glikoprotein yang terdiri dari asam amino. Pada minggu pertama kehamilan kadar hormon HCG meningkat dua kali lipat setiap 1,7 – 2 hari. Puncak kadar HCG akan tercapai dalam pertengahan trisemester pertama dan selanjutnya akan mengalami penurunan kembali. Semua sifat sifat khas HCG memungkinkan diagnosis kehamilan beberapa hari sebelum gejala pertama muncul atau menstruasi terlambat.
HCG di hasilkan oleh jarigan trofoblas . sekresi hormon HCG secara epat akan meningkat setelah implantasi dan mencapai maksimum 7 hari setelah ovulasi.kadar HCG kemudian menurun pada minggu ke 16 setelah ovulasi, dan kadaan ini akan terus berlanjut hingga waktu persalinan. Fungsi utama hormon HCG adalah mendukung korpus luteum pada akhir menstruasi dan menyebabkan korpus luteum mensekresi lebih banyak ostrogen dan progesteron. HCG juga meningkatkan ukuran korpus luteumdan merangsang sel interstitiel .

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengunakan testrip. Dengan cara testrip dicelupkan ke dalam urin dan tidak boleh melebihi tanda garis pada testrip. Tunggu selama 5 menit lalu baca hasilnya. Jika hasil menunjukkan 1 garis merah pada testrip maka hasilnya negatif. Sedangkan apabila pada testrip menunjukkan 2 garis merah, maka hasilnya positif. Dan apabila tidak ditemukan garis merah, artinya reagen rusak atau kadar HCG lebih kecil dari 50 iu/dl.


6. Alat dan bahan
a. Alat : tempat urin
b. Bahan : sampel urin wanita hamil, trestip acon (antigen hCG)

7. Cara kerja
a. Tuangkan urin pada tempatnya
b. Testrip di buka, kemudian di celupkan ke dalam tempat yang berisi urin
c. Hasil di baca setelah beberapa menit

8. Hasil dan pembahasan
Nama Probandus : Ny. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemerisaan : Positif hamil
Dalam praktikum kali ini kami menggunakan urin pagi karena urin pagi lebih akurat di bandingkan dengan sampel urin yang lainya. Pada percobaan kali ini kami lakukan uji tes kehamilan berdasarkan atas adanya Hormon Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam urine wanita hamil, setelah dilakukan tes Hormon Chorionic Gonadotropin, dan diketahu bahwa pada Ny. Al hamil. Ditandai dengan adanya 2 strep (garis) warna merah pada alat tes kehamilan HCG.
Tes ini dilakukan dengan cara mencelupkan alat tes kehamilan HCG sampai garis batas, yang biasa dikenal dengan test pack ke dalam urine wanita hamil selama 30 – 60 detik. Lalu dikeluarkan dan membaca hasilnya setelah didiamkan selama 1 – 3 menit. Jika terdapat dua strep/garis merah, itu berarti positif ( + ) hamil, dan jika hanya terdapat satu strep/garis merah, berarti negative ( - ) / tidak hamil.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
Pada Ny. Al diketahui adanya kehamilan berdasarkan tes Human Chorionik Gonadotropin (HCG) yang mendeteksi adanya hormon HCG dalam urin wanita hamil tersebut dan alat tes kehamilan tersebut menujukan 2 garis.
1. Judul
Pemeriksaan glukosa darah
2. Tanggal praktikum
6 agustus 2011
3. Tujuan
untuk mengukur kadar glukosa darah dengan GOD-PAP
4. Dasar teori
Glukosa diperlukan sebagai sumber energi terutama bagi sistem saraf dan eritrosit. Glukosa juga dibutuhkan di dalam jaringan adipose sebagai sumber gliserida – glisero, dan mungkin juga berperan dalam mempertahankan kadar senyawa antara pada siklus asam sitrat di dalam banyak jaringan tubuh
Gulosa berasal sebagian diperoleh dari makanan, kemudian dibentuk dari berbagai senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis lalu juga dapat dibentuk dari glikogen hati melalui glikogenolosis.
Proses mempertahankan kadar glukosa yang stabil didalam darah merupakan salah satu mekanisme homeostatis yang diatur paling halus dan juga menjadi salah satu mekanisme di hepar, jaringan ekstrahepatik serta beberapa hormon.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponen makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.
Diantara hormon yang mengatur kadar glukosa darah adalah insulin dan glukagon. Insulin, suatu hormon anabolic, merangsang sintesis komponene makromolekuler sel dan mengakibatkan penyimpanan glukosa. Glukagon, suatu hormon katabolic, membatasi sintesis makromolekul dan menyebabkan pengeluaran glukosa yang disimpan. Peningkatan konsentrasi glukosa dalam sirkulasi mengakibatkan peningkatan sekresi insulin dan pengurangan sekresi glukagon, demikian sebaliknya.


5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan menggunakan alat glucosure yang dimasukki stik glukosa kemdian ditetesi dengan darah samapi batas yang ditentukan dan tunggu hasilnya keluar. Kadar glukosa yang normal yaitu 80-120gr/dl.

6. Alat dan bahan
a. Alat :glocusure digital, lancet steril, kapas alkohol, dan stik glokusa
b. Bahan : sampel darah perifer

7. Cara kerja
a. Masukan stik glokusa pada alat glucosure
b. Jari tangan di sterilkan dengan kapas alkohol
c. Teteskan darah yang keluar pada stik glokusa
d. Baca hasil pemeriksaan

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus : Pradini Hikmah Rahayu
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan : 74 gr/dl
Dalam praktikum ini, kami menggunakan darah vena. Pada percobaan kali ini kami lakukan uji kadar gula dalam darah dan diketahui bahwa pada Sdri. Pradini Hikmah dalam keaadan normal. Ditandai dengan hasil pemeriksaan yang menunjukkan hasil 74 gr/dl.
Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan darah ke stik glukosa sesuai dengan kebutuhan. Lalu tunggu hasil dan membaca hasilnya setelah alat tersebut menunjukkan hasil. Apabila kadar glukosa darah itu menujukkan 80-120g/dl, maka dikatagorikan normal.
9. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa
pada Sdri. Pradini Hikmah diketahui kadar glukosa dalam darahnya adalah 74gr/dl. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar glukosa darahnya kurang dari normal. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kondisi probandus yang sedang menjalankan puasa.



1. Judul
Pemeriksaan Urin Rutin

2. Tanggal praktikum
6 agustus 2011

3. Tujuan
Untuk mengetahui warna urin, kejernihan urin, bau urin, reaksi dan pH urin, serta protein dan reduksi.

4. Dasar teori
Urin merupakan cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh karena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.Pemeriksaan urin merupakan salah satu pemeriksaan rutin yang banyak diminta oleh dokter atau pada pemeriksaan kesehatan umum (General Check Up). Pemeriksaan urin dilakukan melalui 2 tahap yang saling melengkapi, yaitu:
a. Makroskopis
b. Mikroskopis (Sedimen Urin)
Pemeriksaan urin kurang mendapat perhatian, namun ternyata mempunyai makna diagnosis yang pentingSelama ini pemeriksaan urin dilakukan secara konvensional (manual). Oleh karena itu hasil pemeriksaan urin memiliki variasi sangat besar, tergantung dari kecakapan subyek yang mengerjakannya. Dengan perkembangan teknologi, dimungkinkan suatu metode pemeriksaan urin yang lebih baik dan terstandarisasi menggunakan metode otomatis.
Pemeriksaan kimia urin dan sedimen secara manual memiliki tingkat subjektifitas yang jauh lebih besarSedangkan pengerjaan secara konvensional dengan pelaporan semi kuantitatif, dikembangkan metode Kova yang memberikan hasil kuantitatif, meskipun masih dikerjakan secara manual.Saat ini telah tersedia alat kimia dan sedimen urin otomatis yang memberikan hasil kuantitatif, lebih cepat dan terstandarisasi sehingga diharapkan akan memudahkan interpretasi dengan hasil yang lebih teliti dan lebih tepat, kecuali bila pada pada keadaan memerlukan yang konfirmasi dilakukan secara manual

5. Prinsip kerja
Prinsip pemeriksaan ini adalah dengan mengamati warna urin, kejernihan, reaksi dan pH, serta protein dan reduksi. Warna urin normal antara kuning muda dan kuning tua. pH normal urin adalah 4,6-8,0.

6. Alat dan bahan
a. Alat : Tempat urin, indikator pemeriksaan urin,
b. Bahan : Sampel urin sewaktu

7. Cara kerja
a. Siapkan urin pda tempatnya
b. Masukan indikator pemeriksaan urin
c. Setelaah beberapa menit samakan warana warna yang ada

8. Hasil dan pembahasan
Nama probandus : Setya Wening
Umur : 19 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Hasil pemeriksaan dan Pembahasan :
Pada percobaan sifat-sifat urin, urin yang kami gunakan adalah urin sewaku. Beberapa sifat-sifat yang kami amati adalah warna, bau, buih, pH, glukosa dan protein.
Sifat yang pertama kami amati adalah bau dari urin, dan baunya adalalah khas. Sifat ke dua yang selanjutnya kami amati adalah warna urin. Warna dari urin tersebut adalah kuning tua, hal itu di sebabkan karena adanya zat warna urin yaitu urokrom yang terdiri dari uroflavin dan laktoflavin atau riboflavin dan uropterin. Warna urin dapat berubah karena pengaruh obat-obatan, misalnya karena meminum antibiotik atau dapat juga karena adanya penyakit hati. Bau urin yang pesing karena adanya ammonia yang disekresikan dalam urin. Selain itu, di dalam urin yang kami amati tidak terdapat buih
Sifat yang selanjutnya kami amati adalah ph urin. Dalam menguji pH urin, digunakan indikator universal. Urin sampel memilki pH 5,0 (pH asam), dan dapat dikatakan normal karena umumnya pH urin dalam manusia bervariasi dari 4,5-8,0 (urin dapat bersifat asam, netral, atau basa). Ekskresi urin yang pada pH berbeda dari cairan tubuh, mempunyai dampak yang penting bagi elektrolit tubuh dan penghematan asam-basa.
Sifat yang selanjutnya kami amati adalah protein dan glukosa darah. Keduanya menunjukkan hsil (-), yang artinya urin tersebut normal.

9. Kesimpulan
Dari percobaan urin ini. Di peroleh hasil bahwa warna urin adalah kuning jernih, memiliki bau khas, tidak terdapat buih, dan memiliki pH 5,0. Pada urin yang diuji oleh praktikan tidak terdapat protein urin maupun glukosa urin, hal tersebut menandakan bahwa urin dalam keadaan normal.



DAFTAR PUSTAKA


Ganong, W. F. Fisiologi Kedokteran. Edisi 14. Jakarta: EGC
Murroy, Robert dkk. 2003. Biokimia Harper. Jakarta: ECG
Saryono. 2009. Biokimia Reproduksi. Jogjakarta: Mitra Cendikia
Setiawan, Bambang dkk. 2005. Mandala Of Health A scientific Journal. “ Kadar Methaemoglobin Dan Stress Oksidatif Pada pasien Hiperglikemia”. Purwokerto: PPD UNSOED

0 komentar:

Posting Komentar